Pati (ANTARA News) - Ribuan orang yang tergabung dalam aliansi masyarakat Muria, melakukan aksi menolak rencana pembangunan PLTN Muria, di Alun-alun Pati, Jawa Tengah, Selasa, menyusul aksi serupa serupa dengan massa mencapai ribuan orang di Jepara 5 Juni lalu dan di Kudus 12 Juni 2007. Menurut salah satu aktivis Green Peace yang hadir pada aksi tersebut, Nur Hidayati, aksi tersebut dilakukan karena jaminan keamanan dari pembanguan PLTN itu masih diragukan. Jika melihat kultur para birokrat dan pegawai pemerintah, tingkat kedispilinan dan tangungjawab terhadap pekerjaan dinilai masih rendah, katanya. "Apalagi tersiar kabar mega proyek tersebut sarat dengan korupsi. Tentunya, taggungjawab mereka sangat kecil," lanjut Nur Hidayati. Hal tersebut dibenarkan oleh aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Arief Zayyn. "Jika, tidak ada maksud meraih keuntungan, kenapa pengembangan energi alternatif yang lebih aman dan nilai proyeknya kecil tidak tersentuh," katanya. Menurut dia, pembanguan PLTN hanya pemborosan dana rakyat. Setiap reaktor yang menghasilkan daya sekitar 1.000 Mega watte (Mw) diperkirakan menghabiskan biaya sekitar Rp10 triliun lebih. "Pemerintah perlu mencontoh India dan Jerman yang berhasil mengembangkan energi alternatif dari angin yang lebih ramah lingkungan," katanya seraya menjelaskan bahwa energi alternatif mereka itu mampu memasok sebagian energi listriknya melebihi 4.000 Mw sesuai dengan energi yang akan dibutuhkan Indonesia nantinya dari PLTN. Sumber energi alternatif lain yang bisa dikembangkan, yakni energi matahari, bio massa, dan biotermal. Ribuan peserta yang hadir itu didominasi oleh kelompok-kelompok pengajian, sambil membawa bendera mini yang bertuliskan tolak PLTN. Mereka terlihat tenang dalam menjalankan aksi tersebut.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007