Glastonbury, Inggris (ANTARA News) - The Who menjadi tontonan utama pada Minggu larut malam saat penutupan festival Glastonbury. Penampilan para godfather rock itu mengakhiri festival seni dan musik di tempat terbuka terbesar di dunia itu, yang berlangsung di tengah guyuran hujan lebat dan kondisi berlumpur. Di tengah hujan lebat, para anggota awal kelompok itu, yakni Pete Townshend dan Roger Daltrey, ditemani drummer Zak Starkey dan pemetik bas Pino Palladino, melantunkan berbagai lagu andalannya mulai dari "My Generation" dan "Pinball Wizard" hingga lagu berisi kekecewaan politik Townshend "Won`t Get Fooled Again". Saat mereka membawakan lagu-lagu yang lahir dalam karir mereka yang merentang panjang selama 40 tahun di dunia musik, layar di belakang panggung memperlihatkan citra dari kiprah mereka dekade 1960 dan 1970-an. "Suasana bisa saja penuh lumpur dan boleh saja hujan, namun anda sekalian amat fantastik," teriak Daltrey pada akhir lagunya sambil memeluk Townshend. Ketika matahari perlahan terbenam di lapangan yang becek dan berlumpur, namun penuh dengan penonton yang bersemanmgat, Kaiser Chiefs mengukuhkan reputasinya sebagai salah satu band penampil terpopuler di Inggris, dengan memperoleh respon yang hiruk pikuk saat membawakan berbagai hitnya, seperti "I Predict a Riot" dan "Ruby". Aksi Shirley Bassey Diva asal Wales, Shirley Bassey, yang dikenal dengan suaranya yang berat dan lagu-lagunya dalam film serial James Bond, menyihir sekitar 180.000 penonton yang menghadiri festival di Inggris baratdaya itu, tempat hari-hari yang diguyur hujan telah mengubah padang hijau menjadi kubangan lumpur. Tampil dengan gaun merah jambu, suara bassey menbahana saat menembang lagu-lagu yang dipetik dari serial James Bond, "Goldfinger", "Big Spender" dan "The Lady is a Tramp", mendapatkan sambutan riuh rendah. Pada Minggu, putra mendiang legenda reggae Bob Marley, yakni Damien, Steven dan Ziggy, juga memberikan penghormatan kepada ayah mereka untuk memperingati 30 tahun album klasik ayah mereka "Exodus" dan menyanyikan beberapa lagunya, antara lain "One Love" dan "Bufallo Soldier". Beberapa traktor menyebar jerami dan lembaran papan ketika jalan-jalan menjadi siksaan tersendiri bagi pengunjung, namun sebagian besar pengunjung festival dengan mengenakan sepatu bootkaret menari tanpa merasa gentar dengan cuaca yang tak bersahabat. "Segalanya berjalan lancar, sekalipun hujan dan penuh lumpur," kata pendiri festival, Michael Eavis, Minggu, seperti dilaporkan Reuters. Jambore musik dan budaya alternatif selama tiga hari itu telah digelar sejak 1971. (*)

Copyright © ANTARA 2007