Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan "7 Days Reverse Repo Rate" sebesar 4,25 persen, dengan mempertimbangkan stabilitas ekonomi dan percepatan pemulihan pertumbuhan, di tengah meningkatnya tekanan inflasi karena harga pangan.

Bank Sentral dalam keterangan di Jakarta, Kamis, juga mempertahankan suku bunga simpanan dana di BI (deposit ficility) dan suku bunga pinjaman dari BI (lending facility) masing-masing 3,5 persen dan 5,0 persen.

"Berlaku efektif mulai 19 Januari 2018. Hal ini sesuai dengan kondisi makro ekonomi dan stabilitas sistem keuangan," ujar Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo dalam jumpa pers.

Pada awal Januari 2018 ini, Bank Sentral melihat ada tekanan inflasi karena harga pangan. Dody menekankan Bank Sentral dan pemerintah akan berupaya untuk menjaga pasokan dan produksi barang pangan untuk meredukasi tekanan terhadap inflasi.

"Selain itu, harga minyak memang terus naik, namun selain tekanannya masih bisa ditoleransi, kami masih melihat inflasi pada sasaran 3,5 persen plus minus satu persen tahun ini," ujar dia.

Untuk pertumbuhan ekonomi domestik, Bank Sentral melihat pemulihan perekonomian akan lebih cepat karena menguatnya permintaan domestik. Penyebab menguatnya permintaan domestik adalah peningkatan investasi, konsumsi rumah tangga, dan stimulus fiskal. Begitu juga dengan ekspor yang menanjak karena harga komoditas yang masih tinggi. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,1-5,5 persen.

Dari faktor ekonomi global, Bank Sentral melihat perbaikan kondisi ekonomi negara-negara maju akan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Selain itu, tingkat suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve juga juga diperkirakan meningkat, setelah naik 25 basis poin ke kisaran 1,25-1,5 persen pada Desember 2017.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018