Mataram, NTB (ANTARA News) - Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, kericuhan pada pelaksanaan Lombok Marathon 2017, Minggu (28/1), mencoreng pariwisata di daerah ini. Lombok dan NTB secara umum telah ditetapkan menjadi satu dari 10 tujuan wisata andalan nasional. 

Salah satu program wisata yang dijagokan di NTB itu adalah wisata olahraga, di antaranya Lombok Marathon ini. 

"Dari sisi pariwisata, dampak kericuhan Lombok Marathon 2017 akan sangat terasa," kata Kepala Dinas Pariwisata NTB, Lalu Moh Faozal, di Mataram, Senin.

Faozal mengatakan, dengan kejadian itu paling tidak ada ada anggapan tertentu tentang kesiapan mereka menjadi tuan rumah gelaran turnamen sekaligus wisata olahraga atletik itu. Pemerintah Provinsi NTB mendapat pekerjaan tambahan, yaitu perlu berjuang keras lebih menyakinkan semua pihak.

"Tapi ya sudahlah, kesalahan sudah terjadi karenanya kita mohon maaf dan kesalahan ini juga segera kita jelaskan ke sekretaris daerah," katanya.

Menurutnya, kericuhan pada Lombok Marathon 2017, salah satunya dipicu keterlambatan medali dan baju kaos peserta tiba. Kedua kelengkapan lomba itu dibuat di Jakarta.

"Ini juga kita mohon maaf semestinya tidak terjadi, karena even sudah sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari dan itu juga ditunda," katanya.

KONI sebagai komite induk olahraga di Indonesia mendukung panitia pelaksana, dan mereka telah menyiapkan 2.000 mendali, karena sudah ada 1.324 pelari yang mendaftar secara dalam jaringan. Mereka ini juga membayar biaya pendaftaran. 

Namun apa lacur, medali yang ada di tangan panitia penyelenggara cuma 500 sehingga yang mendapat kalungan medali di tempat adalah 500 pelari pertama yang tiba di garis akhir. Lazimnya, semua peserta mendapat kalungan medali begitu kaki mereka menginjak garis akhir lomba.

Pewarta: Nirkomala
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018