Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat, terutama yang daerahnya kebetulan bakal ketempatan lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), seharusnya melihat pembangunan PLTN dari sisi kepentingan nasional, bukan kepentingan wilayah. "Kalau mereka menolak dan meminta pemerintah memindahkan saja tapak PLTN ke tempat lain, misalnya ke Jakarta, itu adalah pernyataan orang-orang yang tak mengerti," kata Ketua Pengawas Masyarakat Peduli Energi dan Lingkungan (MPEL) Sutaryo Supadi dalam diskusi dengan pers di Jakarta, Selasa. Mantan Deputi Kepala Batan itu menambahkan, Semenanjung Muria, Jepara, terpilih menjadi tapak (lokasi) PLTN karena tempat itu memenuhi berbagai persyaratan prinsip bagi sebuah tapak PLTN, sementara wilayah lain tak memenuhi syarat. Ia menyayangkan masyarakat yang hanya memandang PLTN dari satu sisi, tidak berpikir bagaimana kebutuhan listrik nasional yang semakin besar di masa depan, sementara tak banyak pilihan dari energi lainnya. "Permintaan listrik Indonesia sistem Jawa-Bali 2025 diperkirakan 54.600 MW pada beban puncak.B Bila dipenuhi dengan batubara maka diperlukan 127 juta ton per tahun batubara," kata Ketua MPEL Budi Sudarsono. Kebutuhan batubara sebesar ini bisa dikurangi menjadi hanya 91 juta ton per tahun pada 2025 dengan adanya PLTN, yang juga berarti mengurangi masalah cadangan batubara, pengangkutan hingga masalah tingginya pencemaran emisi karbon, katanya. Ditanya soal perlunya jejak pendapat untuk menentukan bisa tidaknya dibangun sebuah PLTN di masyarakat setempat, menurut dia, tak memungkinkan. "Memang ada satu dari 32 negara yang ketika membangun PLTN melalui referendum yakni Finlandia yang kini sudah memiliki empat PLTN berkapasitas 2,68 GW dan satu dalam proses konstruksi berkapasitas 1,6B GW," katanya. Namun demikian, jumlah masyarakat Finlandia sedikit dan berpengetahuan cukup, sementara masyarakat Indonesia belum cukup memiliki pengetahuan, ujarnya. Ia juga mengatakan, seorang tokoh pendiri Green Peace Dr Patrich Moore yang kini menjadi pro PLT Nuklir dan menyebut bahwa nuklir adalah pilihan yang sehat dan aman dari segi lingkungan. Moore ini juga mengatakan akan memilih nuklir dibanding batubara, minyak dan gas karena tidak mencemari udara dengan CO2-nya dan menganggap tak realistik teman-temannya yang mengimbau penghapusan batubara dan nuklir secara bersamaan, ujarnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007