Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Jumat pagi, turun 30 poin dari Rp9.000/9.007 per dolar AS menjadi Rp9.030/9.040, setelah menguat hingga menyentuh level Rp9.000 per dolar AS. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar melepas rupiah setelah mata uang lokal itu menguat hampir berada di bawah level Rp9.000 per dolar AS. Aksi lepas rupiah oleh pelaku pasar itu mengakibatkan rupiah terpuruk hingga di atas level Rp9.000 per dolar AS, katanya. Rupiah, menurut dia, meski bergerak naik maupun turun namun dinilai cukup stabil, karena posisinya saat ini masih berada dalam kisaran antara Rp8.900 hingga Rp9.200 per dolar AS. Posisi rupiah masih bagus dan tidak memberikan dampak negatif baik terhadap eksportir maupun importir, ucapnya. Kondisi rupiah seperti itu, lanjutnya, karena fundamental ekonomi makro Indonesia cukup baik bahkan Bank Indonesia (BI) sendiri memiliki cadangan devisa yang terus meningkat mencapai lebih dari 51 miliar dolar AS. Menurut Kostaman, rupiah terkoreksi hanya sementara saja, setelah BI menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 8,25 persen. "Saya kira pelemahan ini hanya koreksi sementara saja dan rupiah berpeluang kembali menguat pada hari selanjutnya," katanya. Peluang untuk menguat akan datang dari faktor eksternal, apabila bank sentral Jepang (BoJ) jadi menaikkan suku bunganya untuk mendorong yen menguat yang juga mengimbas pasar uang lokal, khususnya rupiah, katanya. Apabila posisi rupiah berada di atas level Rp9.300 per dolar AS, maka ini harus diwaspadai, karena pada posisi itu biasanya koreksi harga akan terus berlanjut, tambahnya. Namun, lanjutnya, koreksi harga saat ini tidak mengkhawatirkan. Ini adalah masalah biasa apabila ada isu yang negatif maka rupiah akan melemah dan ini terjadi hanya sementara pada hari berikut akan kembali membaik yang juga didukung oleh faktor positif. Sementara itu dolar AS terhadap yen stabil pada 122,95 dan terhadap euro 1,3550.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007