Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memutuskan besaran kenaikan tarif bus trans-Jakarta pada pekan depan menyusul keluhan sejumlah operator yang menyatakan dana operasional yang mereka miliki menjadi terbatas setelah adanya pengurangan subsidi dalam APBD 2007. "Keputusan kenaikan itu akan ditentukan pada Senin (16/7) pekan depan setelah dilakukan pembicaraan dengan Dinas Perhubungan operator trans-Jakarta dan konsultan," kata Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, di Balaikota Jakarta, Jumat. Ia menambahkan, pilihan kenaikan tiket Trans-Jakarta, terpaksa dilakukan karena besaran tiket saat ini yaitu Rp3.500 hanya berdasarkan perhitungan satu koridor bus Trans-Jakarta. "Sebetulnya pengajuan perubahan anggaran bisa kita jadikan alternatif, namun kalau subsidinya sudah ditentukan sebesar itu, kalau masih layak, ya kita akan ambil kenaikan tiket," katanya. Pemprov DKI sendiri dalam pengajuan anggaran APBD 2007, mengajukan angka Rp280 miliar untuk subsidi tiket Trans-Jakarta. Namun, yang disetujui DPRD hanyalah Rp210 miliar. "Secara logika bila keputusan DPRD seperti itu, maka kekurangannya diharapkan diambil dari besaran tarif tiket," kata Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Ritola Tasmaya saat mendampingi gubernur di Balaikota Jakarta. Ia menambahkan, keputusan untuk menaikkan harga tiket sebetulnya cukup berat. Setidaknya, ada tiga hal yang harus dipertimbangkan, yang pertama subsidi yang diberikan oleh pemerintah, besaran keuntungan yang didapat oleh operator trans-Jakarta, dan besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Berdasarkan perhitungan Dinas Perhubungan DKI Jakarta, untuk tujuh koridor Trans-Jakarta yang sudah beroperasi saat ini bila harga tiket Rp3.500 maka subsidi yang harus dikeluarkan oleh Pemprov sebesar Rp386 miliar. Sementara bila harga tiket Rp5.000 subsidi yang dikeluarkan sebesar Rp225 miliar. Dan bila harga tiket bus Trans-Jakarta sebesar Rp6.000 maka subsidi yang harus dikeluarkan untuk tujuh koridor sebesar Rp75 miliar. "Kita juga harus menyadari, bahwa operator telah memenuhi kewajibannya untuk menyediakan kebutuhan bus yang ditargetkan pada setiap koridornya, tetapi dengan alasan efesiensi, maka target 3,5 menit jarak kedatangan bus tidak dapat tercapai," kata Ritola. Akibatnya, saat ini keberangkatan bus terpaksa menunggu hingga penumpang cukup padat yang mengakibatkan terjadinya penumpukan penumpang di sejumlah halte.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007