Solo (ANTARA News) - Prosesi upacara adat budaya keraton Tingalan Dalem Jumenengan Ke-14 Sampeyan Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakoe Boewono XIII dengan mendapat menjagaan ketat di Sasono Sewaka, Keraton Kasunanan Surakarta, Jateng, Kamis, berjalan aman dan lancar.

Gusti Pangeran Haryo (GPH) Dipo Kusumo selaku Ketua I Bidang Tata Cara Upacara Keraton Surakarta mengatakan proses jumenengan tersebut ada kaitannya dengan tarian sakral bedaya ketawang yang dilakukan oleh sembilan gadis, dan mios Dalem Ingkang Sinuwun satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan, berjalan lancar hingga selesai tidak ada masalah.

Dipo Kusumo mengatakan upacara tradisi keraton yang dilestarikan setiap tahun tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat, para tamu undangan, para sentono dalem, dan keluarga Keraton Kasunanan Surakarta.

Pada acara upacara tersebut pejabat yag hadir Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Danrem 074/Warastratama Kolonel Inf Widi Prasetijono, sedangkan tokoh masyarakat yang hadir antara lain Sutjiyatmi Notomihardjo atau ibu kandung Presiden Joko Widodo, Mantan Kepala Staf Angkatan Darat, Subagyo HS.

Menurut Dipo Kusumo, para tokoh yang mendapat gelar antara lain Gubernur Kalimantan Barat, Bupati Kutai Barat, Kepala Polda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto.

Menurut dia, yang mendapat gelar dari keluarga keraton antara lain Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puspo Hadikusumo, KGPH Dipo Kusumo, KGPH Mangkubumi, KGPH Purboyo, sedangkan gelar untuk Gubernur Kalbar, Bupati Kutai Barat, Kapolda Jateng, dan Pangdam IV Diponegoro, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH).

Menurut dia, pemberian gelar tersebut beliau secara struktur, lembaga dan pribadi sangat konsen terhadap pelestarian budaya seperti tinggalan dalem, jumenengan terkait di dalamnya kawasan budaya nasional. Hal ini, serangkaian histori sejarah meski non fisik atau non benda tetapi bagian penting dari adi luhung budaya Jawa yang bersumber dari Keraton Surakarta.

Menyinggung soal tarian sakral bedoyo ketawang yang biasanya ditarikan selama dua jam, tetapi tahun ini, dipersingkat waktunya, GKH Dipo Kusumo mejelaskan karena melihat kondisi kesehatan SISKS Pakoe Boewono XIII, sehingga hanya berlangsung hanya sekitar 30 menit saja.

Namun, kata dia, hal tersebut tidak menjadi masalah dan bisa berjalan lancar, aman dan hikmat.

Kepala Polda Jateng Irjen Pol Condro Kirono usai upacara mengatakan kegiatan upacara tradisi tersebut salah satu untuk merekatkan silatuhrahmi kerabat keraton.

Upacara tradisi jumenengan selain untuk melestarikan budaya keraton juga meningkatkan agar Keraton Kasunanan Surakarta kembali bersinar sebagai destinasi wisata budaya.
Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat SISKS Pakoe Boewono (PB) XIII melihat penari mementaskan Tari Bedhaya Ketawang dalam acara Tingalan Dalem Jumenengan SISKS PB XIII di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, Kamis (12/4/2018). Tarian sakral yang dipentaskan sembilan orang gadis setiap setahun sekali tersebut menceritakan kisah percintaan antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018