Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero), mengembangkan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Tampur Paloh, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Pejabat Sementara Manajer Humas Pertamina EP, Roberth Marchelino Verieza dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu, menyatakan dalam pengembangan TJSL, Pertamina EP tidak hanya terfokus pada program pohon energi sebagai energi alternatif. Namun juga program lain yang mencakup bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan dan infrastruktur.

Roberth Marchelino mencontohkan salah satu program TJSL adalah Siekula Aneuk Nanggroe atau Sekolah Anak Negeri. Program yang dimulai pada 2016 ini merupakan program kerja sama Pertamina EP dan Yayasan Anak Merdeka untuk mendirikan SMA (Madrasah Aliyah) serta mengelola SMP bagi anak-anak Desa Tampor Paloh.

"Sebelumnya, mereka (siswa) harus menyusuri sungai puluhan kilometer untuk dapat melanjutkan pendidikan," ujar Robert.

Hingga kini Siekula Aneuk Nanggroe memiliki tiga ruang belajar, perpustakaan, asrama sekolah bagi para siswa-siswi dan guru. Pengelola sekolah juga terampil melakukan pertanian organik dan peternakan sebagai tambahan biaya operasional di samping program sukarela yang dilakukan pekerja Pertamina EP.

Dalam bidang ekonomi, diprakarsai program kerajinan anyaman purun/pandan berduri ditujukan bagi kaum wanita Desa Tampur Paloh melalui kelompok "Mude Sedang".

Di bidang kesehatan, dilaksanakan program Posyandu Mandiri dengan program pelatihan kader, bantuan peralatan posyandu, dan bantuan alat permainan edukatif bagi murid PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

"Selain itu diselenggarakan juga program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) melalui jambanisasi yang digalakkan oleh Pertamina EP dan TNI," katanya.

Tahun ini, Pertamina EP bekerja sama dengan TNI, dan warga Desa Tampur Paloh bersama-sama membangun jalur pipa air sepanjang tiga km. Sepanjang 500 meter menggunakan pipa berdiameterempat inchi dan 2.500 meter menggunakan pipa ukuran tiga inchi.

"Dengan demikian, air yang mengalir lebih optimal dan lebih banyak lagi warga yang merasakan manfaatnya," ujar salah seorang tokoh agama Tampur Paloh, Hasbi.

Mengenai program "Pohon Energi" temuan siswa asal Tampur Paloh, Naufal Raziq (15), Roberth mengatakan berdasarkan hasil penelitian BPPT, Pertamina dan warga Tampur Paloh sepakat menghentikan program Tree Energy karena arusnya yang masih sangat kecil dan belum stabil, sesuai hasil penelitian BPPT yang dipublikasikan pada 29 Mei 2017.

Masyarakat Tampur Paloh berharap adanya listrik yang bersifat permanen dapat digunakan untuk aktivitas sehari-hari.

"Saat ini sedang dikembangkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Tampur Paloh melalui dana desa yang digelontorkan oleh pemerintah," ujar Kepala Desa Tampur Paloh, Ali Nafiah.

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018