Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban meminta perkebunan kelapa sawit swasta untuk menanam meranti di sela tanaman sawit. "Untuk tahap awal, penanaman meranti itu dapat dilakukan di areal plasma. Tanaman sela itu, bisa menjadi tabungan yang dimanfaatkan ketika waktu replanting tiba, karena pendapatan dari sawit biasanya habis untuk biaya hidup," katanya saat meresmikan kegiatan peduli penjualan minyak goreng murah yang diselenggarakan Forum Wartawan Kehutanan di Jakarta, kemarin. Menhut menuturkan, penanaman meranti di sela tanaman sawit bisa memberi pengaruh yang signifikan untuk penghijauan. Menhut juga meyakini, jika hal itu dilakukan oleh semua perkebunan, akan membantu memenuhi kebutuhan bahan baku kayu untuk industri perkayuan di tanah air. Dia mencontohkan, perkebunan seperti Asian Agri memiliki perkebunan plasma mencapai 54.000 hektare. "Bayangkan, kayu yang bisa dipasok dari luas lahan tersebut, jika ditanam meranti di sela tanaman sawit," ujarnya. Di tempat yang sama, Direktur Asian Agri, Semion Tarigan, menyambut baik ajakan Menhut. "Kami siap untuk memenuhi ajakan Menhut, karena akan membantu meningkatkan kesejahteraan petani plasma yang bekerjasama dengan kami," katanya. Saat ini, Asian Agri, anak usaha Raja Garuda Mas mengikatkerjasama dengan 27.000 kepala keluarga petani plasma dan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) dengan luas kebun plasma 54.000 hektare. "Kepemilikan lahan sepenuhnya ada di tangan petani. Kami hanya membantu mengelola dan merawat kebun hingga menghasilkan buah yang berkualitas tinggi," kata Semion. Setiap kepala keluarga petani plasma mendapat pemasukan bersih dari setiap hektare kebun yang mereka miliki berkisar Rp2-3 juta per bulan. Dengan perhitungan setiap hektare kebun sawit menghasilkan volume panen 2 ton tandan buah segar per hektare dengan harga jual Rp1.300 per kilogram. Asian Agri, kata Semion, berkomitmen memberi kontribusi bagi ekonomi bangsa. "Bersama Asian Agri, Puluhan ribu petani mitra dan KKPA telah mendapat kesejahteraan dari kebun sawit yang mereka miliki," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007