Sidoarjo (ANTARA News) - Walau PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ) terlihat bekerja keras untuk melakukan pembayaran ganti rugi terhadap korban luapan lumpur, salah seorang warga korban luapan lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. masih saja ada yang tidak sabar, bahkan mengancam akan menembak staf MLJ. Joko Suprastowo, salah seorang korban lumpur dari Desa Siring, Kamis, meminta pembayaran ganti rugi secepatnya. Saat di kantor PT MLJ itu, ia mengancam Hasrial (40), salah seorang staf keuangan PT MLJ, dengan memperlihatkan pistol. Pelaku mengancam akan menembak orang-orang atau karyawan PT MLJ, jika pembayaran ganti rugi untuk tanah miliknya serta keluarganya tidak segera dilakukan. Ia juga memamerkan pistol yang dibawanya dengan meletakkannya di atas laptop pada salah satu ruang kerja lantai 2, bekas kantor BTPN, Jalan Jaksa Agung Suprapto, Sidoarjo, Jawa Timur. Atas kejadian tersebut, korban didampingi pejabat MLJ melaporkan peristiwa pengancaman tersebut ke polisi. Menurut Hasrial, dirinya sudah melihat pelaku mondar mandir di lantai 2 PT MLJ sebagai tempat pembayaran ganti rugi korban luapan lumpur. "Dia sudah ada di dalam sekitar pukul 16.30 sampai 17.15 WIB, kemudian masuk ke ruang dan langsung duduk, sambil mengeluarkan pistol dari balik bajunya," ujarnya. Ancaman dari pelaku langsung muncul ketika korban menanyakan untuk apa membawa pistol. "Saya Tanya untuk apa membawa pistol? Dia kemudian memasukkan kembali pistolnya ke balik baju sambil mengancam kalau orang Minarak macam-macam akan saya tembak. Setelah itu dia keluar," lanjut Hasrial, menirukan ancaman yang diterimanya. Sementara itu, Bambang Prasetyo Widodo, Direktur Operasional PT MLJ, mengatakan bahwa pihaknya akan menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalah tersebut, pasalnya pelaku dinilai melakukan perbuatan tidak menyenangkan. "Kami akan menempuh jalur hukum untuk masalah ini, karena ini sudah merupakan bentuk penghinaan terhadap kerja keras yang telah kami lakukan," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007