Kediri (ANTARA News) - Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Surabaya Uskup Vincentius Sutikno Wisaksono menyesalkan kejadian teror bom yang terjadi di tiga gereja di Surabaya yang mengakibatkan 10 orang meninggal dunia.

"Saya mengutuk perbuatan keji dan biadab ini. Anak-anak di gereja berdoa agar arwah mereka (korban) di tempat yang layak," katanya saat menghadiri misa di Gereja Katolik St. Vincentius a Paulo di Kediri, Jawa Timur, Minggu.

Ia sangat menyesalkan adanya toror tersebut. Namun, ia prihatin sikap pelaku utama yang mengajari para pelaku untuk melakukan aksi teror yang melukai orang lain. Padahal, binatang saja tidak akan tega melukai makhluk lainnya.

"Bagaimana mereka bisa menipu, bagaimana bisa melakukan itu, padahal binatang saja tidak akan melakukan itu. Ini terjadi karena ada yang merekayasa mengajarkan orang lain. Pengecut itu," ujar dia.

Ia mengimbau umat agar tetap tenang dan melakukan ibadah seperti biasanya. Umat diimbau tidak takut. Namun, jika mereka sementara libur, karena masih khawatir diperbolehkan tidak berkunjung ke gereja.

Selain itu, ia mengimbau seluruh umat agar tetap waspada, tidak terpengaruh dengan segala hal yang bisa memecah belah persatuan umat.

"Saya imbau umat tetap tenang tidak perlu mengurangi aktivitas beribadah, karena itu membuat mereka yang berbuat jahat bersuka ria. Yang ingin merusak rasa kesatuan ini, ingin agar umat berhenti, tapi jelas ini sia-sia," katanya.

Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Surabaya Uskup Vincentius Sutikno Wisaksono sengaja datang ke misa di Gereja Katolik St. Vincentius a Paulo di Kediri. Acara misa itu diikuti anak-anak dan remaja yang berjumlah lebih dari 150 orang. Setelah misa selesai, ia dengan sejumlah pemimpin gereja mengadakan acara internal.

Sementara itu, dalam misa tersebut juga mendapatkan kawalan yang ketat dari aparat Polres Kota Kediri. Terdapat polisi maupun polwan berjaga di lokasi gereja baik saat mulai hingga misa berakhir.

Kapolsek Mojoroto Kompol Didit Prihantoro ditemui di gereja tersebut menegaskan polisi selalu berjaga, terutama ketika ada ibadah. Hal ini dilakukan untuk menciptakan keamanan terutama mereka yang ikut ibadah.

"Kami selalu siap untuk melakukan penjagaan, pengamanan," kata Kompol Didit.

Musibah teror bom terjadi di tiga gereja wilayah Surabaya, antara lain Gereja Santa Maria Tak Bercela (SMTB) di Ngagel, GKI Diponegoro dan GPPS Sawahan Arjuna. Akibat insiden itu, sedikitnya 10 orang meninggal dunia dan 41 orang lainnya luka-luka. 

Baca juga: Korban tewas bom Surabaya jadi 11 orang

Baca juga: Pemuka agama minta warga gereja tak terprovokasi bom Surabaya

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko/Asmaul Chusna
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018