New York (ANTARA News) - Hari Anak Nasional Indonesia yang jatuh pada 23 Juli di kota New York ditandai dengan berbagai kegiatan, termasuk penampilan kerja sama (kolaborasi) para penari cilik dari Indonesia dan Amerika Serikat dalam pagelaran yang ditampilkan di Gedung Konsulat Jenderal RI di New York, Senin. Sembilan pelajar asal Bali dan sembilan pelajar Amerika yang merupakan murid sekolah tari di New York, National Dance Institute (NDI), dalam kesempatan tersebut memperlihatkan cuplikan kreasi paduan tari Bali dan Hip Hop, tarian modern khas Amerika. Kolaborasi yang dipimpin oleh instruktur NDI Mary Kennedy dan penata tari dari Bali, I Nyoman Sura, tersebut mendapat tepuk tangan riuh anak-anak dan pengunjung berbagai kalangan yang memadati Ruang Pancasila KJRI-New York. Sebelumnya, para pelajar Bali menampilkan Tari Pendet, Tari Wirajuda dan Tari Kecak, sementara para penari cilik dari NDI menampilkan tarian Hip Hop dan Tap. Kedelapan belas penari Bali dan Amerika merupakan peserta program pertukaran tari yang diselenggarakan Irene Diamond Summer Institute-New York yang berlangsung sekitar empat minggu dan NDI bertindak sebagai tuan rumah bagi program yang diikuti oleh sembilan penari cilik Bali itu. Kreasi kolaborasi penari Bali dan Amerika akan secara penuh ditampilkan pada 5 Agustus mendatang di Catskill Mountain Foundation, New York. Selama program pelatihan empat minggu, penari Bali mempelajari Tari Hip Hop, Tap, Ballet dan Jazz sementara penari-penari cilik Amerika belajar bagaimana melakukan tarian Bali. Menurut para penari cilik asal Bali, mereka merasa gembira dapat mempelajari banyak macam tarian yang jauh berbeda dari tarian Bali. "Memang ada yang susah, seperti balet, karena harus seperti mengangkat badan. Padahal kalau tari Bali kan badannya harus menekan ke bawah. Tetapi senang kok, senang sekali," kata Ni Kade Diah Kartina (12), pelajar kelas 2 SMPN 2 Sukowati-Gianyar. Para penari Bali rata-rata menanggap Hip Hop dan Tap sebagai tarian yang paling mudah mereka pelajari. "Memang lain sama tari Bali, tetapi tinggal menyesuaikan dengan hitungan gerakan kakinya saja," kata Gde Arif Mulyanto (13), siswa kelas 2 SMPN 3 Denpasar. Kesulitan juga dialami oleh penari Amerika Serikat dalam mempelajari tari Bali. "Tari Bali susah, tetapi saya sangat senang mempelajarinya," kata Jamal Wyse (15), pelajar kelas 10 di La Guardia-New York. Kesan yang sama diakui oleh Mary Kennedy. "Sulit, karena tari Bali banyak sekali detilnya, gerakan tangan, kaki, mata, pundak. Banyak sekali yang harus diperhatikan. Tetapi menyenangkan," katanya. Jamal dan Mary tahun 2006 berkesempatan untuk mempelajari tari Bali langsung di Bali --antara lain di Ubud dan Denpasar-- selama hampir sekitar tiga minggu. Selain belajar tari Bali, keduanya juga mengajari tarian modern Amerika kepada anak-anak Bali. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007