Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman, mengaku salah asumsi dalam perencanaan program biofuel (Bahan Bakar Nabati/BBN) dan tidak pernah menyangka harga Crude Palm Oil (CPO) tiba-tiba melambung sehingga menggagalkan program biofuel berbasis CPO. "Soal riset tentang energi nabati kita sudah membuat dan berhasil, tetapi ternyata negara-negara Eropa, AS, India, China juga sedang butuh banyak CPO untuk keperluan energinya, sehingga permintaan CPO dunia naik dan harga pun melonjak," katanya di Jakarta, Selasa. Namun, menurut dia, pengusaha kelapa sawit nasional yang lebih senang menjual CPO-nya ke luar negeri untuk mendapatkan dollar bukanlah suatu yang buruk sehingga harus dilarang. "Jangan dilarang-larang, CPO naik itu potensi bisnis, biar saja jual ke luar, hasilnya bawa masuk, kan bisa untuk mendanai program energi lainnya, misalnya pengembangan panas bumi," kata Menristek. Kusmayanto mengatakan, dari produksi sawit bisa terbuka peluang berbagai usaha dan riset turunan kelapa sawit sebelum diekspor, seperti industri proses pelumas, teknologi proses biodiesel, surfaktan, metil ester sulfonat, konsentrat karotenoid minyak sawit, pakan dan pupuk organik dari limbah sawit, proses gliserol, proses emulsifier, dan lain-lain. Pemanfaatan CPO itu, yakni untuk minyak goreng, margarin, "shortening", subtitusi "cocoa butter", "vegetable ghee", serta industri oleokimia, seperti "fatty acids", "fatty alcohol", dan "glycerin" serta biodiesel. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007