Bandung (ANTARA News) - Tiga mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat sistem pengawasan ujian digital EXAMINER, yang bisa mendeteksi kecurangan dalam pelaksanaan ujian.

Hendra Putra, Salman Abdillah dan Reza Wahyu Kumara mengerjakan proyek untuk tugas akhir kuliah tersebut selama sekitar 4,5 bulan menurut siaran pers Direktorat Humas dan Publikasi ITB, Kamis.

"Pengawasan dalam ujian yang sering tidak teliti menjadi salah satu alasan kami mengembangkan proyek ini," kata Hendra Putra, yang tertarik pada teknik pengolahan citra.

"Setiap pengawas dituntut untuk jeli dalam mengenal dan mengetahui bentuk-bentuk kecurangan ketika ujian tersebut berlangsung. Terkadang kecurangan tersebut luput dari pantauan sang pengawas ujian," katanya, menambahkan ketidakjelian pengawas tersebut bisa terjadi karena faktor seperti kelelahan atau kebosanan pengawas.

Hal itu membuat Hendra dan kawan-kawannya terinspirasi membuat sistem pengawasan digital berbasis deteksi gestur tubuh tersebut, yang sempat dipamerkan dalam acara tahunan (Electrical Engineering) EEDays 2018 pada 22-24 Mei 2018.

Salman Abdillah menjelaskan sistem EXAMINER ditentukan oleh gestur tubuh berdasarkan pergerakan sendi yang akan terekam oleh sensor gerak yang mendeteksi gestur tubuh.

Sensor gerak bernama Kinect Sensor tersebut umumnya digunakan dalam permainan yang melibatkan pergerakan tubuh sang pemain.

"Kinect Sensor dapat merekam gestur tubuh seperti isyarat jari, pergerakan tangan yang membuka kertas, mengulurkan tangan dan pergerakan leher yang menengok," kata Salman.

Keterbatasan Kinect Sensor dalam mendeteksi objek ditopang oleh subsistem You Only Look Once (YOLO), yang akan mengidentifikasikan objek yang terekam oleh empat kamera dalam ruangan 4x4 meter.

"YOLO akan mendeteksi objek yang berupa tangan atau gerakan tangan yang menggenggam kertas," katanya.

Setelah gestur dan objek teridentifikasi oleh Kinect Sensor dan YOLO, subsistem terakhir bernama RabbitMQ akan mengirimkan data berupa tangkapan layar kepada seseorang yang menjadi pengawas secara terintegrasi.

"Hasil tangkapan layar terkirim kepada si pengawas dalam waktu sekitar satu hingga dua detik sehingga sistem ini dapat dikatakan real-time system," kata Salman.

Akurasi EXAMINER dalam mendeteksi gestur tubuh berkisar 94 persen dalam 200 kali percobaan. Sistem ini dapat melakukan pengawasan berlanjut hingga tiga jam.

Namun sistem itu masih memiliki beberapa keterbatasan seperti jangkauan yang terbatas, kemampuan yang dipengaruhi oleh objek yang diamati, cahaya, sudut pemasangan sensor, dan sudut pemasangan kamera.

"Cahaya dalam ruangan dan sudut pemasangan IP Camera sangat mempengaruhi proses pendeteksian. Selain itu untuk saat ini EXAMINER hanya mampu merekam sebanyak enam objek saja," kata Salman.

Baca juga:
Mendikbud akui masih ada kecurangan UN
Ujian SBMPTN di Makassar dinodai kecurangan

 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018