Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu sekitar pukul 13.00 WIB, memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Sekretariat Negara, Jakarta, untuk membahas Pengantar Nota Keuangan RAPBN 2008. Dalam sidang itu, hadir seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu beserta jajaran eselon satu di lingkungan kementerian masing-masing. Rencananya Presiden Yudhoyono akan menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus dan menyampaikan Pengantar Nota Keuangan RAPBN di DPR pada 16 Agustus 2007. Saat ini satu persatu menteri, Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto, Kapolri Jenderal Polisi Sutanto dan Kepala BIN, Syamsir Siregar serta Jaksa Agung Hendarman Supandji telah hadir dan menunggu Wapres Jusuf Kalla beserta Presiden Yudhoyono di tempat sidang yang berlokasi di lantai 3 Gedung Utama Sekretariat Negara. Pencemaran nama baik Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Sutanto saat ditanya tentang kasus pencemaran nama baik Presiden oleh mantan Wakil Ketua DPR, Zaenal Maarif, mengatakan bahwa Polri masih menunggu laporan dari pihak yang dirugikan, yang dalam hal ini adalah Presiden Yudhoyono. "Polri bertugas menerima pengaduan dan kalau ada laporan akan kita tangani," katanya. Ditanya apakah saat ini laporan itu sudah ada dari Presiden, iua mengatakan, "Belum". Demikian pula dengan sanksi untuk Zaenal Maarif atas tuduhannya itu, Kapolri menyatakan masih perlu menunggu bagaimana laporan kasusnya. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan akan menuntut secara hukum Zaenal Ma`arif, Wakil Ketua DPR yang baru saja digusur (recall), karena telah dianggap memfitnah dan mencemarkan nama baik Presiden. Hal itu disampaikan Presiden menanggapi pernyataan Zaenal Ma`arif, Kamis (26/7), yang mengatakan bahwa Presiden Yudhoyono sudah menikah sebelum masuk ke Akabri. Dijelaskan Presiden, bahwa berita bohong atau fitnah yang disampaikan Zaenal Ma`arif itu sudah sangat keterlaluan, karena selain tidak benar, juga merusak kehormatan, nama baik, dan harga dirinya. "Berita yang disampaikan itu, SBY sudah menikah sebelum masuk Akabri bahkan sudah punya anak dua. Ini persis `black campaign`, fitnah, berita bohong pada saat pemilu Presiden 2004," tegasnya. Diungkapkannya, berita tersebut juga sangat menghancurkan hati dan perasaan orang tua, istri dan anak-anak serta keluarga besarnya. "Oleh karena itu, saya sedang mempersiapkan diri untuk melakukan hak saya menuntut secara hukum agar hukum ditegakkan di negeri tercinta," katanya. Presiden mangatakan bahwa dirinya sangat tidak ingin politik di negara ini berkembang dengan cara-cara pembunuhan karakter seseorang. (*)

Copyright © ANTARA 2007