Jakarta (ANTARA News) - Peri selalu diimajinasikan sebagai sosok yang bisa mendatangkan rasa gembira, tawa dan canda bahagia. Ia juga sosok rupawan, sahabat yang hangat, dan membuat manusia jatuh cinta. Makhluk "halus" inilah yang menginspirasi lima anak muda, Yosua Salvandi Salindeho (Vandi), Deny Indrajaya, Wesley Yeremia, Ezra Enrico (Rico) dan Hardian Samuel. Merekapun lantas membentuk band dengan nama Peri Bumi, dengan harapan agar grup band mereka menjadi "peri-peri" dari Bumi. Keinginan Vandi dan kawan-kawan, menjadi penebar pesona cinta dan kehangatan rupanya terkabul. Mereka mendapatkan berkah dipertemukan oleh produser Benny Gaok, dalam satu band. Awalnya, masing-masing personil Peri Bumi memiliki band sendiri dan sempat menggarap proyek "indie", tetapi selama bertahun-tahun usaha mereka terus kandas lantaran berbagai kendala, terutama masalah uang. "Jadi upaya Benny Gaok mempertemukan kami benar-benar sebuah anugerah," kata Vandi, sang vokalis. Apa yang dikatakan Vandi "dianggukkan" oleh Deny (gitar), Westley (kibor), Rico (dram) dan Sammy (bas). Setelah lebih dari satu tahun bersahabat dan berlatih bersama di sebuah studio yang disediakan Benny, kelima anak muda ini pun mampu meramu sejumlah lagu yang kini dijadikan materi album debut bertajuk "Untukmu Yang Terindah". "Sederhana" Terbentuk sebagai band pada Januari 2006, awalnya Vandi, Deny, Rico, Westley dan Sammy adalah musisi yang dibesarkan di gereja. Hal ini setidaknya diakui Vandi, yang menyatakan, "Dasarnya kami semua pemusik gerejawi." Namun, setelah tergabung dalam band komersial beraliran pop/rock Peri Bumi, lima sekawan ini ingin menyuguhkan lagu-lagu sederhana baik pada segi lirik maupun musiknya. "Dengan nada-nada sederhana membuat semua orang berdendang," adalah motto mereka. Daniel Tumiwa dari Label Universal Music Indonesia, yang manangani Peri Bumi, menyatakan band ini sebenarnya tidak berbeda dari band-band pop lain yang menjual lagu cinta. "Tetapi band ini mempunyai kekuatan pada lirik dan lagu yang sederhana," ujarnya. Kesederhanaan musik mereka dapat disimak antara lain dalam lagu "Bersamamu", "Cintaku", "Untukmu Yang Terindah", dan beberapa nomor lainnya yang menjual cerita cinta gombal semacam "Indahnya Cinta", "Sangat Manis", dan "Aku, Sahabatku dan Mantan Kekasihku". "Garis tangan" Sebagaimana band-band lainnya, Peri Bumi pun punya cita-cita dan keinginan meraih popularitas di tengah masyarakat. Meski demikian, sebagai pendatang baru mereka cukup tahu diri dan tidak berharap muluk-muluk dari peluncuran album debutnya. "Kami belum punya target. Yang penting, sekarang ini lagu-lagu kami dikenal masyarakat saja dulu," kata Deny, pencipta sembilan dari 11 lagu dalam album perdana Peri Bumi. Menurut dia, tugas musisi cukup pada masalah konsentrasi meramu musik sebagai mata dagangan. Hal senada diungkapkan Daniel Tumiwa, yang menyatakan bahwa tugas pemasaran memang berada di pundak label. Ia menyatakan bahwa selain kekuatan musik dan lagu, keberhasilan sebuah band mencapai popularitas tergantung pada dua hal, kerja keras dan peruntungan. "50 persen usaha dalam berkarya dan 50 persen tergantung faktor 'luck'," katanya. Bagi Daniel, Peri Bumi bisa saja suatu waktu secara kebetulan membuat lagu bagus, tetapi itu belum cukup menjamin, apabila tidak dibarengi upaya strategi pemasaran yang tepat dan tentunya, "garis tangan" kemujuran.(*)

Pewarta: Oleh John Nikita S
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007