Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei opini publik yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pada hari H, melalui exit poll di enam provinsi menunjukkan adanya konsistensi dengan hitung cepat atau quick count. 

"Pasangan calon yang memenangkan pilkada dari hasil quick count, juga unggul dalam exit poll," kata Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, saat menyajikan hasil penelitian SMRC tentang exit poll pemilihan gubernur di enam provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan, di Jakarta, Selasa. 

Menurut Deni, temuan ini perlu ditekankan untuk menjawab keraguan sejumlah pihak terhadap manfaat survei opini publik mengingat adanya selisih besar antara hasil survei yang dilakukan Mei lalu dengan hasil Quick Count di sejumlah pilkada, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara. 

Temuan di exit poll SMRC ini menunjukkan perolehan suaran masing-masing kandidat tidak berbeda secara signifikan dengan perolehan suara Quick Count. 

"Kalaupun ada perbedaan kecil, itu bisa terjadi karena alasan teknis, seperti di exit poll tetap ada responsnden yang tidak mau menjawab, sementara di Quick Count tidak ada kategori 'tidak menjawab'," kata Deni. 

Hasil exit poll, kata dia, mendekati hasil Quick Count. Di Pilkada Jawa Barat, misalnya, data exit poll menunjukkan pasangan Ridwan-UU memperoleh dukungan suara 32 persen. Sementara pasangan Hasanuddin-Anton 9,1 persen; Sudrajat-Syaikhu 25,1 persen; Deddy-Dedi 21 persen, dan tidak tahu/tidak jawab 12,3 persen.

Hal serupa terlihat di Pilkada Jawa Tengah. Pasangan Ganjar-Taj Yasin memperoleh dukungan suara 59,2 persen dan Sudirman-Ida 30 persen. Tidak tahu/tidak jawab 10,8 persen.

Menurut Deni, kalaulah ada perubahan antara hasil survei Mei lalu dengan hasil Quick Count, itu bukan terjadi karena kesalahan penelitian melainkan karena adanya perubahan sikap para pemilih.

Adapun soal perubahan sikap pemilih pada calon yang ditunjukkan dari hasil exit poll, Deni punya penilaian tersendiri. 

"Perubahan itu bisa terjadi karena kampanye dan sosialisasi calon yang satu lebih kuat dari yang lain," kata Deni.

Data exit poll juga menunjukkan ada hubungan kuat antara pilihan pada partai pengusung atau pendukung dengan pilihan pada calon gubernur terkait, tapi hubungan tersebut jauh dari sempurna.

Ia mencontohkan kasus Jawa Barat, jumlah pendukung partai-partai yang mendukung Ridwan-UU jauh lebih sedikit dibanding partai-partai pendukung/pengusung Sudrajat-Syaikhu dan Deddy-Dedi. Tapi Ridwan-UU mendapat suara lebih besar. Demikian juga untuk kasus Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018