Banda Aceh (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tetap bertekad melanjutkan pembangunan proyek "monumen tsunami" di kawasan pantai Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar meski anggaran yang dibutuhkan untuk membangun objek wisata sejarah itu mencapai Rp15 miliar. "Kita akan meyakinkan semua pihak tentang pentingnya satu kawasan sejarah untuk mengenang bahwa di Aceh pernah diterjang bencana yang cukup dahsyat di abad-21, yakni peristiwa tsunami 26 Desember 2004," kata Gubernur Provinsi NAD Irwandi Yusuf di Aceh Besar, Senin. Hal itu disampaikannya saat mendampingi Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Sutiyoso pada acara peletakan batu pertama pembangunan "monumen tsunami" di Desa Lhoknga, sekitar 17 kilometer barat Kota Banda Aceh. Ia menyatakan, APPSI telah memberikan perhatian cukup besar bagi proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana tsunami yang menewaskan sedikitnya 200 ribu jiwa penduduk Aceh. "Atasnama masyarakat Aceh, saya mengucapkan terima kasih atas perhatian dan simpati yang berikan para gubernur se Indonesia yang tergabung dalam APPSI," katanya. Irwandi juga menjelaskan, pihaknya akan menggalang berbagai pihak termasuk legislatif serta Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias untuk memberikan perhatian pada penyelesaian proyek "monumen tsunami", dengan target paling lambat bisa diselesaikan hingga 2008. Sementara itu, Ketua Umum APPSI Sutiyoso menjelaskan, hingga kini telah terkumpul dana senilai sekitar Rp2,8 miliar dari total sebesar Rp15 miliar. "Dana itu terkumpul dari bantuan para gubernur se-Indonesia, terbesar bantuannya dari Pemda DKI Jaya. Mudah-mudahan, kita akan terus bergerak menyelesaikan proyek sebagai lokasi mengenang peristiwa alam yang pernah terjadi cukup dahsyat ini," tambah dia. Sutiyoso yang juga gubernur DKI Jakarta, menyebutkan monumen tsunami yang dibangun di atas lahan seluas 7,8 hektare di bibir pantai yang telah rata disapu bencana alam itu akan dilengkapi berbagai fasilitas publik, seperti mushalla, tugu tsunami, dinding relief, ruang audio visual dan kantor, toko souvenir dan areal parkir. Monumen yang posisinya berada di pinggir jalan Banda Aceh-Meulaboh (Aceh Barat) memiliki struktur khas, yakni tinggi dan besar serta ukuran bentuk tugu mengikuti pola angka "26-12-2004". Angka 26 menunjukkan banyaknya garis lengkung di dasar tugu, kemudian 12 adalah banyaknya ombak pada tugu dan 2004 yakni banyaknya riak kecil dari keseluruhan ombak pada tugu. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa komplek monumen "tsunami" itu diharapkan selain mengenang bencana alam, juga menjadi daya tarik objek wisata dalam upaya menjaring arus kunjungan wisatawan ke Aceh.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007