Jakarta (ANTARA News) - Sebelum berkembang di Indonesia, fotografer Fauzie Helmy sempat dianggap aneh karena memilih mainan sebagai fokus memotret. 

"Awalnya saya sempat dicemooh, kenapa bawa mainan sampai ke Nusa Tenggara, Aceh, Kalimantan, tempat yang jauh dan butuh tenaga serta biaya untuk mencapainya," kata Fauzie dalam diskusi fotografi Global Tiger Day 2018 di Jakarta, Senin. 

Hasil karya penulis buku "Dunia Tanpa Nyawa" itu kini bisa dilihat di akun media sosialnya. Deretan foto mainan, biasanya berbentuk hewan, plastik dengan latar belakang alam indah Indonesia.

Ada Tyrannosaurus rex alias T-Rex di kaki gunung Sindoro, Temanggung, Jawa Tengah sampai beruang kutub yang berada di daerah bersalju (terbuat dari garam). 

 
 
"Polar Bear" Kamera : Fujifilm X-T2 + Fujinon XF 10-24mm Beruang kutub adalah hewan yang terdapat di sekitar benua paling utara bumi, yaitu benua Artik dan termasuk beruang paling karnivora di antara keluarga beruang lainnya. Seiring dengan naiknya suhu dan es laut yang meleleh, beruang kutub kehilangan akses untuk mencari sumber makanan mereka. Lapisan ketebalan es di Samudra Arktik diprediksi akan menipis dalam waktu puluhan tahun lagi. Dengan kata lain, es di wilayah Kutub Utara diyakini akan mencair akibat efek pemanasan global. Menurut analisis peneliti, puncak mencairnya es di Samudra Arktik akan terjadi pada 2040. Penelitian tersebut dipublikasikan University of Calgary pada 24 Oktober 2017. Penelitian sengaja dilakukan untuk mengoreksi penelitian yang sebelumnya sudah dilakukan Canadian Cryosphere Climate Research Group yang terbit di jurnal akademis Geophysical Research Letters. Efek pemanasan global juga akan berdampak pada ekosistem laut. Flora dan fauna di Kutub Utara juga terancam. Mereka akan semakin sulit makan dan berburu. Ini bisa mengakibatkan ancaman kepunahan. Mari kita jaga lingkungan untuk mengurangi efek pemanasan global. #Fujifilm_id #GoFUJIFILM #XT2 #1024mm #Velvia #polarbear #wwfindonesia @wwf_indonesia

A post shared by Fauzie Helmy (@fauzie_helmy) on

Hasilnya? Terlihat seperti memotret hewan hidup.

Tujuannya bukan sekadar hobi. Fotografi mainan adalah cara Fauzie menyentil masyarakat untuk peduli lingkungan demi kelestarian satwa.

"Supaya di kemudian hari anak-anak kita tidak cuma melihat hewan dalam bentuk mainan plastik," kata dia.

Beberapa tahun berlalu, apa yang digelutinya menarik perhatian banyak orang, terlihat dari munculnya komunitas-komunitas toys photography di kota-kota besar.

Berawal dari pekerjaan yang mengharuskannya memotret dengan mainan sebagai objek, Fauzie mulai berkenalan dengan produsen-produsen mainan yang mengajaknya berkolaborasi. Kenalannya semakin bertambah hingga akhirnya nama Fauzie identik dengan fotografer mainan.

"Sebenarnya saya itu dulu memotret untuk fotografi komersial, untuk iklan dan produk, tapi sudah dilabeli toys photographer akhirnya melekat jadi karakter saya," kata dosen di Institut Seni Indonesia Surakarta,  Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta dan Universitas Negeri Jakarta.

 

Jadi Sutradara

Memotret mainan sama saja dengan menjadi sutradara yang harus mengarahkan aktor dalam sebuah lakon. 

Dia harus "meniupkan nafas" pada benda-benda mati dengan cara mengatur komposisi, pencahayaan sampai cerita yang mau diungkapkan lewat foto.

"Membuat mainan seolah-olah hidup adalah tugas kita," ujar Fauzie yang punya satu ruangan khusus di rumah untuk menampung semua mainan miliknya.

Dari segi komposisi, mainan harus diposisikan agar terlihat lebih besar, setinggi makhluk aslinya atau manusia.

"Waktu kamera belum canggih, saya harus memotret sambil tengkurap," katanya.

Sering kali dia memilih latar belakang air, seperti sungai, laut dan air terjun. Seorang fotografer mainan harus gesit "menyelamatkan" mainan yang terbawa arus, juga sigap menjaga kamera dari percikan air atau ombak.

Pencahayaan yang baik juga akan membuat mainan terlihat lebih berdimensi dan nyata. 

"Ekspresi, gestur dan detil mainan bisa terekspos dengan baik sehingga pesan juga tersampaikan," ujar Fauzie yang memanfaatkan highlight sampai bayangan dalam fotonya.
 
"OSTRICH" The Ostrich is the biggest bird that still exists on the earth. With the height of 2,5 meter or eight feet, the Ostrich is higher than the size of grown up man nowadays. In some part of North Africa and Arabia, the Ostrich is being used as the transportation vehicle in an animal race. This bird cannot fly and include as a group of primitive birds which not so popular. The Ostrich has been cultivated in several places in the world to be taken its feather for ornament purposes. Its skin is used for textile industries, and its meat its sell for commercial. Let’s preserve the sustainability of the Ostrich so that they still exist on this earth and give many benefits for the human. #Fujifilm_id #GoFUJIFILM #XT2 #1024mm  #Ostrich #burungonta  #wwf #nationalgeographic #natgeo #wwfindonesia #indonesia_photography #toyanimal #toyphotography

A post shared by Fauzie Helmy (@fauzie_helmy) on


Riset juga perlu, agar dia bisa menempatkan mainan hewan di latar belakang yang cocok dengan habitat, juga memahami perilaku binatang agar dia tidak salah dalam mengarahkan sang "aktor".

Setiap kali memotret mainan, seorang fotografer harus memikirkan "sandiwara kecil" yang diekspresikan lewat komposisi foto, latar belakang dan properti yang sesuai.

Fotografer yang akan menggelar pameran di empat negara, termasuk China dan Singapura, itu mengingatkan untuk selalu membersihkan kotoran yang melekat pada mainan, termasuk minyak, debu sampai sidik jari. 

Tak hanya itu, pastikan mainan berada di dalam tempat yang aman sehingga proses pemotretan berjalan lancar. Ia pernah membawa mainan berbahan kertas ke Dieng, tapi pemotretan gagal akibat mainannya penyok.

"Pastikan kamera dan aksesorisnya dalam kondisi yang siap digunakan," imbuh dia.

Terakhir, jangan lupa untuk terus berinovasi. Jangan lupa berlatih dan mengembangkan imajinasi, terus mencoba hal-hal baru dan jangan ragu melakukan ide-ide gila seperti memotret mainan di dalam kobaran api atau di dalam air.

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018