Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono minta agar proses penjualan saham Bank BNI kepada publik (go public) terus dilanjutkan, meski pasar saham dunia saat ini masih bergejolak. "Presiden minta prosesnya jalan terus dan ini sudah sesuai rencana semula dan Presiden tidak ada masalah soal itu," kata Meneg BUMN Sofyan Djalil di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, usai melaporkan proses go public BNI. Sofyan menjelaskan Presiden minta proses yang sedang berjalan terus dilakukan, karena harga yang diperoleh sudah cukup optimum dengan kondisi pasar seperti sekarang. "Harga itu sudah optimum karena saat kita melakukan `book building` pasar modal dunia dalam keadaan sulit," katanya. Menurut Sofyan, atas laporannya ini Presiden cukup merasa puas dan mengerti tentang prosesnya yang telah berjalan baik dan mengerti kondisi pasar modal yang sulit serta harga yang didapatkan. "Harga sesuai yang kita umumkan dan penerimaan kepada negara untuk menutup APBN jumlahnya sesuai perkiraan Rp4 triliun lebih," katanya. Sementara itu, Dirut BNI Sigit Pramono mengatakan minat pasar cukup tinggi dan sudah mencapai `oversubscribe` jika dilihat dari pesanan pada saat `book building`. "Sekarang sudah `over subscribe`, itu tidak akan berubah dan apapun yang terjadi perolehan pemerintah dan BNI sudah pasti karena dijamin `underwriter` secara penuh," katanya. Sigit memperkirakan pasar saham global akan segera membaik seperti yang terlihat pada Kamis (9/8) yang telah menguat sekitar 1,5 - 2,5 persen secara rata-rata. "Indeks BEJ juga terjadi penguatan. Mudah-mudahan Jumat sampai Senin besok sudah seperti yang kita harapkan," katanya. Ia menjelaskan dalam go public ini ada dua kegiatan, yakni `rigth issue` saham BNI sebesar 15 persen untuk tambahan modal BNI dan divestasi saham pemerintah 15 persen. Meski demikian, dari total 30 persen itu yang akan masuk ke bursa saham sekitar 26 persen. Harga saham untuk right issue sebesar Rp2.025 per lembar saham, dan untuk divestasi sebesar Rp2.050 per lembar saham. Mengenai penghentian (suspensi) perdagangan saham BNI di bursa Jakarta sejak Rabu (8/8), Sigit mengatakan itu dilakukan justru karena permintaan BNI untuk melindungi pemegang sahamnya. "Permintaan suspensi adalah dari pihak BNI karena ini bagian dari proses public offering, agar tidak ada potensi permainan dalam harga, dan untuk melindungi pemegang saham dari spekulasi harga. Senin (12/8) saat perdagangan dimulai suspensi akan dicabut kembali dan diperdagangkan bebas kembali," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007