Denpasar (ANTARA News) - Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) yang baru saja rampung pengerjaannya diyakini akan menjadi solusi bagi stagnasi pariwisata Bali.

"GWK dapat disebut sebagai salah satu aktivitas dalam 'rejuvenation' atau peremajaan destinasi pariwisata di Bali, terkait dengan isu kejenuhan dan stagnansi Bali sebagai destinasi wisata," kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana dalam acara Soft Opening Syukuran Rangkaian Kegiatan Peresmian GWK di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Ungasan, Bali, Sabtu malam.

Pitana mengatakan, GWK menjadi salah satu bentuk pengayaan produk pariwisata di Bali bahkan Indonesia.

Oleh karena itu, pihaknya berharap patung yang terselesaikan pembangunannya dalam waktu 28 tahun itu akan menjadi salah satu landmark/icon baru bagi Bali. 

"Artinya, Bali bukan saja mengandalkan pariwisata berbasis alam dan berbasis budaya, melainkan juga pariwisata berbasis pada kreativitas manusianya," katanya.

Pitana juga yakin GWK juga akan menjadi identitas Bali dan Indonesia, sebagaimana karya-karya sejenisnya yang sudah menjadi identitas dan asosiatif dengan negara bersangkutan.

Misalnya Liberty Statue di New York, Amerika, Menara Pisa di Itali, Menara Eiffel di Paris, Prancis, Opera House di Sydney, Santorini di Yunani, Piramida di Mesir, Taj Mahal di India, Great Wall di China, Christ the Redeemer di Brazil, dan sebagainya.

"Kami berharap bahwa GWK akan bisa menjadi salah satu pusat pertumbuhan pariwisata Bali yang dapat mengangkat daerah sekitarnya untuk bersama-sama membangun pariwisata yang muaranya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Sementara itu seniman penggagas dan pembuat Garuda Wisnu Kencana, Nyoman Nuarta, mengatakan patung ini melibatkan seni, teknologi, dan sains karena akan dikunjungi ribuan orang sehingga harus bisa dipertanggungjawabkan konstruksi dan keamanannya.

"GWK dirancang untuk mampu bertahan 100 tahun ke depan dan hadir sebagai ikon baru yang memusatkan perhatian dan menampung secara menyeluruh, membuka pintu-pintu baru baik dari segi ekspos nasional dan internasional, pariwisata, dan kemutakhiran tinggi," katanya.

Patung setinggi 271 m dari permukaan laut itu total menghabiskan 3.000 ton tembaga atau 2,5 hektar m2 lembaran tembaga.

Gubernur Bali I Made Mangku Pastika mengatakan banyak hal bisa tergali dari GWK.

"Kalau di Davos ada World Economic Forum, di sini kita akan buat World Cultural Forum. Konsepnya sudah tersusun rapi tinggal pelaksanaan. Headquarter World Cultural Forum adalah GWK," katanya.

Sementara Presiden Komisaris PT Alam Sutera Harjanto Tirtohadiguno sebagai investor GWK menegaskan pihaknya menjamin akan menjadikan GWK sesuai konsep awal meskipun dalam lima tahun ke depan akan dibangun fasilitas pendukung di sekitarnya.

"Kalau yang dimaksud kompleks real estate terpadu adalah perumahan jelas tidak mungkin. Ini kan taman budaya, yang jelas akan ada fasilitas pendukungnya seperti hotel, akomodasi, dan lain-lain," katanya.

Perencanaan itu diharapkan bisa terealisasi dalam waktu lima tahun ke depan.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018