Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah meminta PT Freeport Indonesia menurunkan produksi bijihnya guna memperbaiki kondisi lingkungan di lokasi tambangnya di Grassberg, Papua. Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat mengatakan, penurunan produksi tersebut merupakan rekomendasi hasil audit yang dilakukan pemerintah terhadap aktivitas tambang Freeport. "Kami minta produksi Freeport diturunkan dari 300.000 ton bijih per hari menjadi 200.000-250.000 ton per hari," katanya. Menurut dia, kalau Freeport tetap dipaksakan berproduksi dalam jumlah cukup besar seperti sekarang ini, maka akan memberi dampak negatif bagi lingkungan. Selain itu, lanjut Purnomo, hasil audit juga merekomendasikan agar pabrik pengolahan (smelter) hasil tambang Freeport di PT Smelting Company di Gresik ditingkatkan kapasitas produksinya sebesar 10 persen. "Kami sudah bicara dengan pihak smelter di Gresik dan mereka bisa tingkatkan kapasitasnya hingga 10 persen," katanya. Ia mengatakan, Smelting tidak bisa dipaksakan menaikkan kapasitasnya di atas 10 persen, karena sejumlah hal antara lain keterbatasan lahan. Mengenai audit lingkungan, Purnomo mengatakan, hasil audit menyebutkan ada dua lokasi yang tidak memenuhi standar lingkungan yang baik. "Kami sudah minta laboratorium IPB melakukan studi dan sudah hampir selesai. Hasil studi akan digunakan memperbaiki dua lokasi tersebut," katanya. Audit Freeport menyangkut lima hal yakni produksi, pengembangan masyarakat (community development/CD), pendapatan, lingkungan, dan keamanan. "Dari hasil audit itu akan dijabarkan apa-apa yang perlu diperbaiki dan ditindaklanjuti. Sekarang sedang dibahas antara tim ESDM dan Freeport yang hasilnya sementara ini cukup baik," katanya. Menyangkut divestasi 9,36 persen saham Freeport, Purnomo mengatakan, saat ini, masih dalam proses penawaran ke Pemerintah Daerah Papua. "Belum ada jawaban (dari Pemda Papua)," katanya. Saat ini, komposisi pemegang saham Freeport adalah 9,36 persen dimiliki pemerintah dan 90,64 Freeport McMoRan Copper & Gold Inc. Pada 2006, volume produksi bijih mineral Freeport naik menjadi 230.000 ton per hari dari tahun 2005 yang 215.000 ton per hari. Dari produksi bijih itu hanya tiga persen yang berupa konsentrat, sedang 97 persen lainnya limbah (tailing). Dalam bijih tersebut terkandung satu persen tembaga, satu gram/ton emas dan 2-3 gram/ton perak. Sedangkan kandungan konsentratnya adalah 30 persen tembaga, 30 gram/ton emas dan 60-90 gram/ton perak. Produksi konsentrat Freeport itu sebanyak 29 persen diolah Smelting Company dan sisanya diekspor ke sejumlah negara. Adapun setoran pajak, royalti, dividen, dan iuran Freeport tahun 2005 ke negara tercatat mencapai 1,2 miliar dolar AS atau senilai Rp11 triliun. Antara 1992-2004 dana yang sama dibayarkan Freeport ke negara mencapai 3,9 miliar dolar AS atau senilai Rp12,5 triliun. Freeport memperoleh konsesi pertambangan sejak tahun 1967 dan tahun 1991 telah diperpanjang untuk 30 tahun ke depan. Perusahaan itu masih memiliki opsi perpanjangan dua kali 10 tahun. Apabila perpanjangan itu didapat seluruhnya maka konsesi pertambangan Freeport baru berakhir tahun 2041.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007