Jakarta, 8/8 (ANTARA News) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang telah mengirimkan tim untuk membantu korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, menemukan masih banyak perempuan dan anak yang mengalami trauma, terlebih untuk kembali ke rumah.

Menurut siaran pers dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diterima di Jakarta, Rabu, tim menemukan salah satu anak korban gempa yang mengalami trauma berat di Desa Rempek, Kabupaten Lombok Utara.

Anak tersebut   tidak mau berbicara sejak terjadi gempa dan masih takut melihat orang asing.

Perempuan dan anak-anak korban gempa akhirnya memilih tinggal bersama warga lainnya di pengungsian karena khawatir gempa susulan.

Padahal, kondisi di wilayah pengungsian masih jauh dari layak karena di beberapa titik terdapat tenda yang sampai diisi hingga 20 orang.

Di Dusun Nangka Rempek, yang terkena dampak cukup parah, lokasi pengungsiannya bahkan relatif buruk, kotor dan tidak layak bagi anak.

Beberapa tempat pengungsian bahkan tidak memiliki fasilitas mandi-cuci-kakus sama sekali, sehingga menyulitkan korban perempuan, anak dan kelompok rentan lainnya.

Gempa di Lombok Timur dengan kekuatan 7 Skala Richter terjadi pada Minggu (5/8) pukul 18.46 WIB pada kedalaman 15 kilometer dengan pusat gempa di darat 18 kilometer Barat Laut Lombok Timur.

Sebelumnya, gempa juga terjadi di wilayah tersebut  berkekuatan 6,4 Skala Richter pada Minggu (29/7) pukul 05.47 WIB.

Gempa-gempa susulan masih terus terjadi di wilayah tersebut sehingga masyarakat diimbau mewaspadai bangunan roboh.

 Baca juga: 27 wanita polisi Polres Lombok Timur atasi trauma korban gempa
Baca juga: Relawan ACT dengar suara batuk korban gempa yang terjebak runtuhan masjid

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018