Beijing (ANTARA News) - TNI Angkatan Udara (AU) sedang menjajaki alternatif pembelian alat utama sistem senjata (alutista) China mengingat kemajuan teknologi persenjataan dan kemiliteran negara itu sudah cukup maju, kata Duta Besar RI untuk China, Sudrajat. "Sistem persenjataan dan kemiliteran China memang sudah cukup maju dan TNI Angkatan Udara sedang menjajaki kemungkinan untuk bisa membeli," ujarnya di Beijing, Minggu. Hal tersebut dikemukakan kepada ANTARA terkait hasil kunjungan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau), Marsekal TNI Herman Prayitno, ke Beijing pada pekan lalu. Menurut Sudrajat, kunjungan Kasau ke China untuk memenuhi undangan dari pejabat militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, dan sebaliknya Kasau juga berkesempatan mengundang pejabat militer PLA untuk datang ke Indonesia. "Dalam kesempatan kunjungan ke Beijing, Kasau juga berkesempatan meninjau sejumlah industri persenjataan militer China yang sudah cukup modern," katanya. China saat ini sudah mampu memproduksi sejumlah peralatan militer cukup canggih mulai dari senjata semi otomatis, senjata otomatis, pesawat tempur hingga rudal. Oleh karena kemajuan teknologi militernya, kata Dubes Sudrajat, TNI AU sedang berupaya menjajaki kemungkinan untuk bisa membeli alutista untuk melengkapi persenjataan di angkatan udara. "Pihak China pun sangat menyambut baik kemungkinan TNI AU membeli alutista dan tinggal Indonesia bagaimana untuk menilainya," kata Sudarjat. Mengenai kemungkinan apakah TNI AU segera bisa merealisasikan pembelian persenjataan milter dari China, Dubes mengemukakan, semua itu masih dalam batas ingin menjajaki dan belum ada komitmen apa-apa. "Masih dalam batas ingin penjajakan terlebih dahulu dan belum ada komitmen apa-apa," ungkap Sudrajat yang juga purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat (AD). Kunjungan Kasau ke China juga untuk menindaklanjuti "Kemitraan Strategis" antara RI dan China, khususnya bidang kedirgantaraan, pertahahnan dan militer, yang telah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Hu Jintao, pada April 2005, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007