Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menargetkan 70 persen produk kayu yang dihasilkan produsen dalam negeri telah tersertifikasi ramah lingkungan pada 2010. "Paling tidak 70 persen produsen produk kayu telah tersertifikasi pada 2010. Ini untuk menangkal serangan atau isu tentang produk kita yang katanya tidak ramah lingkungan atau berasal dari illegal logging," kata Ketua Umum Asmindo, Ambar Tjahyono, di Jakarta, Selasa. Dia mengatakan hingga saat ini memang ekspor produk kayu Indonesia belum mengalami kendala karena isu lingkungan, tetapi sudah ada beberapa negara yang menanyakan masalah tersebut. "Kebanyakan negara di Eropa menanyakan masalah sertifikasi tersebut. Amerika Serikat juga sudah mulai ada," ujar dia. Sertifikasi ramah lingkungan tersebut, menurut Ambar, juga dapat meningkatkan nilai produk kayu Indonesia 20 hingga 25 persen dari saat ini. Selain itu, Asmindo tidak mau kecolongan jika sertifikasi menjadi syarat mutlak pada perdagangan bebas 2010 nanti. "Jangan sampai ekspor kita harus melalui Malaysia karena produsen tidak tersertifikasi," katanya. Dia mengatakan Asmindo untuk tahap awal ini bekerjasama dengan "United State Agency International Development" (USAID) dalam pendanaan sertifikasi tersebut. "Biaya sertifikasi bisa mencapai Rp80 hingga Rp100 juta. USAID berkomitmen tahun ini akan mendanai 20 perusahaan," ujar dia. Menurut dia, tahun 2008 Asmindo akan berusaha menggandeng lembaga asing lainnya untuk pendanaan sertifikasi tersebut. Sementara di tahun 2008 tersebut USAID akan patungan dengan perusahaan yang menghasilkan produk kayu untuk sertifikasi. Sejauh ini, badan yang akan melakukan sertifikasi adalah badan asing yang didukung oleh sistem `Forestry Stewardship Council` (FSC), ujar dia. Paling tidak akan ada dua lembaga yang menguji. Menurut Ambar, hal-hal yang akan diuji, antara lain manajemen perusahaan, pengolahan, pengecekan bahan baku apakah didapat secara sah atau tidak.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007