Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Garuda) secara terbuka mengakui kesulitan menembus pasar bekas pesawat internasional, menyusul tingginya permintaan dunia beberapa tahun terakhir. "Kita sulit cari pesawat untuk tambah armada. Akibatnya beberapa rencana bisnis seperti penambahan rute dan frekuensi terhambat," kata Executive Vice Presiden (EVP) Sales dan Marketing Garuda, Agus Priyanto, kepada pers usai penerbangan perdana rute baru Jakarta-Palangkaraya BUMN Penerbangan itu di Jakarta, Rabu. Padahal, katanya, Garuda tahun ini memerlukan sedikitnya tujuh pesawat 737 dan dua pesawat kargo (freighter) jenis Boeing 737. BUMN Penerbangan ini hingga saat ini mengoperasikan 49 pesawat yang didominasi oleh Boeing series klasik baik 737-300, 400 dan 500. "Namun, kami optimis dapat satu pesawat freighter tahun ini. Sekarang sedang dinegosiasikan," katanya. Agus mengakui kesulitan tersebut bukan faktor kepercayaan dari perusahaan pembiayaan internasional kepada Garuda, tetapi lebih kepada spesifikasi pesawat yang dicari sulit diperoleh di pasar. "Kami tidak asal dapat pesawat tanpa menyesuaikan dengan spesifikasi dan histori pesawat. Spesifikasi yang dimaksud misalnya terkait kondisi pesawat secara umum, tahun pembuatan, konfigusrasi kursi dan `pantry` (dapur)," katanya. Selain itu, Garuda juga memerhatikan kondisi dan jenis mesin pesawat dan lainnya. "Seluruh spesifikasi ini sangat terkait dengan efisiensi operasional, misalnya saat ini konfigurasi tempat duduk pesawat Garuda terbagi tiga antara lain, 100, 110 dan 120 tempat duduk," katanya. Oleh karena itu, katanya, dia merumuskan kondisi Garuda saat ini sedang memasuki tahap puncak. Artinya, jumlah rute dan frekuensi penerbangan sudah dalam kondisi maksimal, jika ditambah lagi, tanpa ada pesawat baru, hal itu akan jadi bumerang bagi Garuda. Padahal, di tengah pertumbuhan penumpang domestik di atas 20 persen per tahun, katat Agus, Garuda sampai 2008 menargetkan mampu melayani 33 ibukota propinsi di seluruh Indonesia. "Sejumlah rute baru domestik yang diusulkan kepada regulator antara lain Jakarta-Malang pulang pergi (pp)," katanya. Rute baru Garuda Jakarta-Palangkaraya merupakan kota tujuan (destinasi) domestik ke-25 bagi Garuda dan bersamaan dengan ini, Garuda menerapkan pas naik pesawat (boarding pass) menggunakan "barcode". "Palangkaraya kami pilih karena penumpangnya tidak terlalu ramai. Dengan penerapan barcode boarding pass ini lebih efisien. Petugas tak perlu menyobek tiket boarding pass penumpang tapi cukup pakai alat khusus," kata Agus. Selain itu, Garuda merencanakan program penghijauan Palangkaraya, khususnya terkait dengan pelestarian habitat orang utan di propinsi itu melalui pengalokasian sejumlah dana dari tiket yang dijual di rute internasional dan destinasi Palangkaraya. Jadi, tambahnya, sekitar bulan depan, dari setiap penjualan tiket penumpang Garuda dari Australia, Jepang dan Korea, sebagian akan disumbangkan ke penanaman pohon di Palangkaraya. "Besaran dananya per penumpang bisa menyumbang satu pohon. Jika setiap hari 500 penumpang inernasional Garuda, berarti ada sedikitnya 500 pohon disumbangkan ke Palangkaraya. Tentu, untuk ini Garuda siap menggandeng lembaga internasional," kata Agus. Gubernur Kalimantan Tengah, A. Teras Narang, menyambut baik rencana Garuda itu. "Akibat penebangan hutan yang tak imbang dengan reboisasi pada masa lalu, saat ini sekitar 1,4 juta ha lahan kering dari total 2,6 juta ha lahan hutan yang ada. Total luas Kalteng adalah sekitar 15 juta ha," katanya menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007