Jakarta (ANTARA News) - Menko Kesra Aburizal Bakrie menegaskan bahwa pemerintah hingga kini masih mengandalkan teknologi dalam negeri untuk mengatasi semburan lumpur dari sumur gas milik Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo, Jatim. "Kami belum memastikan, teknologi luar negeri mana yang akan digunakan untuk mengatasi semburan lumpur Lapindo," katanya, usai Pidato Kenegaraan dan Keterangan Pemerintah atas RAPBN Tahun 2008 dan Nota Keuangan di depan Sidang Paripurna DPR, Kamis. Ia mengungkapkan, sudah ada beberapa negara yang menawarkan bantuan teknologi untuk mengatasi luapan lumpur Lapindo, seperti Jepang dan Rusia. "Namun, hingga kini kami masih belum memutuskan akan menggunakant yang mana. Jadi, untuk sementara kita masih mengandalkan teknologi yang dikembangkan di dalam negeri," kata Aburizal. Upaya penghentian semburan lumpur Lapindo dan jumlah korban serta fasilitas umum yang rusak, telah dilakukan dengan berbagai cara dan metode, seperti pembuatan tanggul, pemasangan snubbing unit (gagal), pengeboran menyamping (gagal), metode pengeboran miring (gagal), dan metode saluran pelimpah (sering macet). Masih juga tak mempan menghambat luapan lumpur Lapindo, pemerintah kemudian menerapkan metode memasukkan bola beton yang berlangsung hingga kini. Hampir setahun lumpur itu tak terbendung, telah merusak 600 hektare lahan di 12 desa, 33 bangunan sekolah, 10.426 unit rumah, empat kantor pemerintah, 30 pabrik, tiga pondok pesantren dua ruas jalan tol Gempol-Surabaya, beberapa pipa gas Pertamina meledak, dua pipa air PDAM Surabaya patah dan sekitar 2.278 keluarga mengungsi. "Segala upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi lumpur Lapindo terus dijalankan secara konsisten sesuai dengan Keppres yang ada," kata Aburizal.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007