Kota Gaza (ANTARA News) - Dua anak dan tiga pejuang kelompok garis keras Jihad Islam tewas Selasa dalam serangan-serangan Israel di Jalur Gaza, kata beberapa sumber medis Palestina. Dalam sebuah pesan tertulis yang dikirim kepada wartawan di Gaza, Jihad Islam mengatakan, tiga orang bersenjata tewas di sebelah timur kota Khan Yunis akibat tembakan langsung. Seorang juru bicara militer mengatakan, pasukan "menyerang dan mengenai tiga orang bersenjata yang terlihat di dekat pagar keamanan di Jalur Gaza bagian tengah". Ia menambahkan, pasukan "menemukan senjata dari mayat orang-orang itu" Serangan Israel kemudian di Beit Hanun di wilayah utara Gaza menewaskan dua anak Palestina, kata satu sumber medis lain yang menyebut korban-korban itu sebagai Fadi al-Qassana yang berusia sembilan tahun dan Abed Yussef al-Qassana yang berumur 12 tahun. Militer Israel mengkonfirmasi kepada AFP "serangan terhadap dua orang dengan peluncur roket di Beit Hanun dimana roket-roket ditembakkan ke Israel sebelumnya". Mereka mengatakan, dua roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel, namun tidak ada korban atau kerusakan. Militer mengatakan, satu roket meledak di dekat sekolah taman kanak-kanak di kota wilayah selatan Israel, Sderot, yang biasanya menjadi sasaran serangan roket dari Gaza. Israel melancarkan sejumlah serangan dan penyerbuan ke Gaza sejak Hamas, yang piagamnya menetapkan penghancuran negara Yahudi tersebut, menguasai wilayah itu pada pertengahan Juni. Senin, enam pejuang Hamas tewas dalam serangan Israel terhadap sebuah jeep di kamp pengungsi Bureij di Gaza tengah. Dengan kematian-kematian terakhir itu, jumlah korban tewas dalam konflik Palestina-Israel sejak meletusnya pemberontakan kedua Palestina pada 2000 menjadi 5.832, sebagian besar dari mereka orang Palestina, menurut hitungan AFP. Serangan Selasa itu menandai operasi terakhir militer Israel di dalam wilayah Gaza sejak Hamas mengalahkan pasukan keamanan Fatah yang setia pada Presiden Mahmud Abbas, seorang tokoh moderat, di wilayah pesisir itu, yang terletak antara Israel dan Mesir. Pertikaian itu membuat terpecahnya Palstina menjadi dua wilayah kesatuan terpisah, dimana Abbas menguasai wilayah pendudukan Tepi Barat dan Hamas menguasai Jalur Gaza. Setelah perebutan Gaza pada 15 Juni, Abbas membubarkan pemerintah persatuan yang dipimpin tokoh Hamas Ismail Haniya dan menggantinya dengan kabinet yang dipimpin ekonom dukungan Barat Salam Fayyad. Kelompok pejuang garis keras itu menolak mengakui pemerintah baru Palestina tersebut dan menekankan bahwa kabinet Haniya adalah satu-satunya pemerintah sah Palestina. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007