Yala, Thailand (ANTARA News) - Tersangka pejuang di daerah bergolak Thailand selatan hari Rabu menembaki truk mengangkut 10 orang, menewaskan satu warga Melayu dan melukai enam orang lain, kata polisi setempat. Serangan itu terjadi di Yala, satu dari tiga propinsi dilanda perlawanan dan berbatasan dengan Malaysia, kata mereka, dengan menambahkan bahwa satu gadis berusia delapan tahun berada di antara yang cedera. Perlawanan terjadi di daerah berpenduduk sebagian besar Melayu Thailand selatan sejak Januari 2004, dengan kekerasan meningkat, kendati sejumlah prakarsa perdamaian diambil pemerintah. Sedikit-dikitnya 2.400 orang tewas akibat kekerasan tersebut sejak itu. Dua pria Melayu tewas ditembak tersangka pejuang di Thailand selatan, kata polisi di Narathiwat. Seorang Melayu berumur 30 tahun, penduduk desa, dibunuh penembak berkendaraan pada Senin malam di propinsi Narathiwat, kata polisi setempat. Seorang petugas keamanan kemudian juga tewas ditembak di propinsi sama dan polisi menyatakan tersangka pejuang berusaha memenggalnya. Kekerasan berlanjut hari Senin, dengan satu pria dan wanita Melayu ditembak tewas di propinsi Narathiwat dan satu wakil kepala desa tewas di depan rumahnya di Yala, kata polisi di selatan itu. Thailand akan bekerjasama dengan Malaysia untuk memajukan perekonomian tiga propinsi Thailand selatan dan mengahiri kekerasan di wilayah itu, kata Perdana Menteri Thailand Surayud Chulanont hari Rabu. Ia mengemukakan itu ketika tiba di daerah wisata pulau Penang, Malaysia, menjelang pertemuan dengan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi. "Saya datang untuk memperkokoh hubungan Malaysia dan Thailand," kata Surayud di hadapan massa ketika mengunjungi kuil Budha, yang berusia ratusan tahun. "Kami ingin melakukan kerjasama dalam bidang sosial dan ekonomi. Kita harus saling bantu menyelesaikan masalah di wilayah selatan itu," katanya. Pada hari Selasa, Surayud dan Abdullah menyaksikan penandatanganan naskah perjanjian bagi Malaysia untuk memberikan beasiswa kepada mahasiswa dan pelatihan guru di propinsi Thailand selatan, yang berpenduduk sebagian besar Melayu. Perjanjian itu untuk menjalin hubungan antara lembaga pendidikan di dua negara tersebut. Sekitar 100 guru Thailand diperkirakan dikirim ke Malaysia ahir bulan ini untuk mengikuti pelatihan, kata seorang pejabat setempat. Pejabat menyatakan Surayud dan Abdullah melakukan pertemuan sangat produktif hari sebelumnya dan kedua pemimpin itu diperkirakan membicarakan tentang peningkatan pembangunan perekonomian di Thailand dan menghentikan perlawanan berdarah bila mereka bertemu Rabu siang. "Diperlukan waktu untuk menyelesaikan masalah wilayah selatan," kata Tongthong Chandranan, Wakil Tetap Sekretaris Kementerian Kehakiman Thailand. "Kita memerlukan bantuan Malaysia untuk menyelesaikan masalah di selatan itu. Kerjasama erat akan bermanfaat bagi kedua negara," katanya. Ia menyatakan, penentuan pendapat rakyat ahir pekan lalu di Thailand, saat masyarakat menyetujui undang-undang dasar baru, adalah "awal baik bagi pemilihan umum", yang menurut rencana diselenggarakan ahir tahun ini. Hasil sementara penentuan pendapat rakyat atas undang-undang dasar baru itu menunjukkan bahwa 88 persen pemilih di Thailand selatan menerima piagam baru tersebut. Kawasan itu mencakup tiga propinsi berpenduduk sebagian besar Melayu dan lokawisata ternama, seperti Pantai Phuket. Di seluruh negeri, 58 persen pemilih mendukug undang-undang dasar baru tersebut, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007