Dengan harga minyak mentah naik dan rupiah yang makin melemah seperti sekarang ini, maka wajar jika badan usaha menyesuikan harga BBM terutama jenis nonsubsidi yang dikonsumsi oleh masyarakat mampu
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat energi Komaidi Notonegoro menilai pelaku usaha wajar menyesuaikan harga BBM nonsubsidi seiring kenaikan harga minyak mentah dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah.

"Dengan harga minyak mentah naik dan rupiah yang makin melemah seperti sekarang ini, maka wajar jika badan usaha menyesuikan harga BBM terutama jenis nonsubsidi yang dikonsumsi oleh masyarakat mampu," katanya di Jakarta, Senin.

Menurut dia, pemerintah jangan lagi memanjakan rakyat dengan harga BBM, yang murah.

Kondisi saat ini, lanjutnya, berbeda dengan beberapa waktu lalu yang memungkinkan pemerintah menjaga harga BBM tetap murah.

Ia mengatakan saat ini biaya produksi BBM cenderung terus mengalami kenaikan seiring peningkatan harga minyak mentah dunia.

Harga minyak mentah dunia pada Agustus 2018 tercatat sudah 72,44 dolar AS per barel atau jauh di atas asumsi APBN 2018 yang 48 dolar per barel.

"Khusus di Indonesia, harga BBM makin melambung lagi dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," katanya.

Ia mencatat nilai tukar rupiah selama Agustus 2018 mencapai Rp14.560 per dolar AS atau juga di atas asumsi APBN 2018 sebesar Rp13.400 dolar AS.

Sementara itu, di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) wilayah Jakarta dan sekitarnya, Senin, harga BBM nonsubsidi yang dijual PT Pertamina (Persero), PT Shell Indonesia dan PT Total Oil Indonesia, terpantau berbeda-beda.

Harga BBM nonsubsidi jenis bensin dengan angka oktan (reseacrh octane number/RON) 90 atau Pertalite dijual Pertamina Rp7.800 per liter.

Sementara, BBM dengan RON sama yakni Reguler dibanderol Shell seharga Rp9.400 per liter dan Performance 90 dijual Total Rp9.200 per liter.

Untuk BBM RON 92, produk Pertamax dijual Pertamina seharga Rp9.500 per liter, Shell menjual produk Super Rp10.250 per liter, dan Performance 92 dibanderol Total juga Rp10.250 per liter.

Sedangkan, untuk RON 95, produk V-Power dibanderol Shell dengan harga Rp11.850 per liter dan Total dengan produknya Performance 95 dijual Rp11.650 per liter.

Pertamina tidak mengeluarkan lagi produk bensin RON 95. Namun, BUMN migas tersebut menjual produk dengan angka oktan yang lebih tinggi yakni Pertamax Turbo dengan RON 98. Saat ini, harga Pertamax Turbo 98 dibanderol Rp10.700 per liter.

Untuk BBM nonsubsidi jenis diesel, Pertamina menjual Pertamina Dex Rp10.500 per liter, Shell menjual Diesel Rp11.600 per liter, dan Total membanderol Performance Diesel Rp11.500 per liter.

Regulasi harga BBM nonsubsidi tercantum dalam Peraturan Menteri ESDM No 34 Tahun 2018 tentang Perubahan Kelima Atas Permen ESDM No 39 Tahun 2014 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran BBM.

Sesuai permen terbaru tersebut, harga BBM nonsubsidi ditetapkan badan usaha dan wajib dilaporkan ke Menteri ESDM.

Badan usaha menetapkan harga BBM nonsubsidi mengikuti pasar atau naik dan turun mengikuti harga keekonomiannya.

Sejumlah faktor utama yang menyebabkan harga BBM nonsubsidi naik atau turun adalah harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Kenaikan dua variabel tersebut membuat harga impor BBM menjadi meningkat, sehingga harga jual ke masyarakat pun makin meningkat.

 Baca juga: Pengamat paparkan alasan harga BBM harusnya sesuai pasar global
Baca juga: Ekonom ingatkan penetapan harga BBM nonsubsidi sesuai pasar

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018