Pencapaian ini diasosiasikan dengan model pertumbuhan yang berkeadilan, terutama dikendalikan oleh keterbukaan ekonomi, investasi terhadap SDM, dan pemerintahan yang efektif
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Kawasan Asia Timur diharapkan terus menjadi mesin pertumbuhan global, mengacu pada perkembangannya yang luar biasa dalam beberapa dekade terakhir.

Saat menyampaikan sambutan pembukaan seminar A Resurgent East Asia: Adapting to New Realities sebagai bagian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Rabu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Asia Timur tumbuh dua kali cepatnya seperti wilayah Asia lainnya, dan tiga kali lebih cepat daripada Amerika Latin dan Asia Tenggara.

"Pencapaian ini diasosiasikan dengan model pertumbuhan yang berkeadilan, terutama dikendalikan oleh keterbukaan ekonomi, investasi terhadap SDM, dan pemerintahan yang efektif," ujar Menkeu.

Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi Asia Timur juga diikuti kesuksesan menurunkan angka kemiskinan di hampir seluruh negara, dalam waktu relatif singkat.

Dalam laporan yang dirilis Bank Dunia berjudul A Resurgent East Asia: Navigating a Changing World disebutkan bahwa suksesnya Asia Timur mengubah statusnya dari ekonomi berpendapatan rendah ke berpendapatan menengah dipengaruhi antara lain bangkitnya China yang saat ini menjadi negara dengan paritas daya beli tertinggi di dunia.

China berkontribusi pada 12,8 persen dari total ekspor global dan 10,2 persen dari total impor global.

Setengah abad lalu, negara-negara kawasan Asia Timur masih berhadapan dengan tantangan pembangunan saat sebagian besar warganya hanya bekerja di sektor pertanian.

Namun saat ini, masyarakat Asia Timur telah terlibat dalam berbagai aktivitas ekonomi dan berkontribusi kolektif pada hampir sepertiga PDB global.

"Selain itu, kawasan Asia Timur telah menunjukkan ketahanannya di tengah krisis keuangan global pada 2008-2009," kata Sri Mulyani.

Salah satu kunci kesuksesan Asia Timur, menurut dia, adalah cepatnya industrialisasi di berbagai negara.

Vietnam dan Kamboja, misalnya, telah muncul sebagai hub manufaktur baru yang dicapai hanya dalam satu dekade.

Pertumbuhan tinggi dalam industri jasa juga terlihat di ekonomi besar seperti China dan Indonesia.

Terlepas dari berbagai capaian tersebut, Sri Mulyani mengatakan bahwa Asia Timur masih menghadapi sejumlah tantangan diantaranya untuk bisa keluar dari middle income trap.

Bank Dunia mencatat lebih dari 90 persen masyarakat Asia Timur tinggal di 10 negara berpenghasilan menengah.

"Kunci untuk membebaskan negara-negara ini dari middle income trap adalah transformasi ekonomi dari yang sebelumnya didominasi sektor primer ke sektor manufaktur," tutur Sri Mulyani.

Baca juga: Bank Dunia perkirakan pertumbuhan ekonomi Asia Timur lebih baik
Baca juga: Indonesia jadi negara dengan perbaikan regulasi bisnis terbaik di Asia Timur dan Pasifik


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018