Ini merupakan langkah awal dari hilirisasi dan komersialisasi penelitian
Bandung (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meresmikan industri-katalis pendidikan di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis, Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Kamis.

"Ini merupakan langkah awal dari hilirisasi dan komersialisasi penelitian," ujar Nasir saat memberikan kata sambutan.

Nasir mengatakan selama ini yang menikmati keuntungan tinggi dalam bisnis katalis, adalah para importir. Kini, dengan dikomersialisasikannya hasil penelitian dari ITB tersebut maka keuntungan tersebut harus dibagi.

Selama ini, katalis lebih banyak diimpor dari sejumlah negara lain.

"Ini menunjukkan bahwa anak negeri mampu, kita punya insinyur banyak dan mampu menekan harga katalis," tambah dia.

Industri-Katalis Pendidikan digunakan sebagai unit untuk menerapkan teori-teori sintesis katalis, karakterisasi katalis serta evaluasi unjuk kerja reaktor dan unjuk kerja katalis.

Program pembangunan dan penegakan industri katalis-pendidikan ITB itu telah melakukan serangkaian penelitian eksploratif dalam merancang dan mensintesis katalis sejak 25 tahun lalu, dan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan skala nasional.

Bersama dengan PT Pupuk Iskandar Muda, ITB melakukan kerja sama membangun adsorben untuk embersihkan gas lama dengan menyerap gas pengotor Hidrogen Sulfida (H2S). Kemudian adsorben yang dinamai PIMIT-B1 tersebut diproduksi secara komersial dan telah digunakan di berbagai industri pemrosesan gas.

Dengan PT Pertamina, ITB kemudian bekerja sama merancang dan mensintesis katalis pengolahan hidro nafta dan diesel yang berbasis logam Nikel (Ni) dan Molybdenum (Mo).

ITB juga bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS) melakukan inovasi katalis untuk memproduksi bensin dan bahan kimia dari minyak kelapa sawit.

Rektor ITB, Kadarsyah Suryadi, mengatakan pihaknya terus mendorong agar hasil penelitian bisa dihilirisasi dan dikomersialkan.

"Kami berusaha menjadi ITB sebagai universitas yang mencetak para wirausahawan," kata Kadarsyah.

Saat ini, sudah ada 85 perusahaan pemula yang diidentifikasi di ITB, yang mana terdiri dari dua bagian yakni teknologi digital dan non teknologi digital.

"Produksi katalis ini merupakan salah satu dari bagian perusaaan pemula nondigital,"t tambah Kadarsyah.

Dalam kesempatan itu, Menristekdikti juga menyerahkan secara simbolik sebanyak 17 ton katalis yang diproduksi ITB bekerja sama dengan Pertamina. Katalis yang diberi nama PK 230 TD akan digunakan di kilang RU-IV Cilacap. Katalis itu akan digunakan untuk membersihkan fraksi diesel dari pengotor senyawa sulfur dan nitrogen.

Katalis tersebut merupakan satu-satunya katalis yang disintesis dengan teknologi nasional dan digunakan di unit proses komersil seperti di unit pengilangan minyak bumi.

Baca juga: Menteri Nasir: Kerusakan kampus di Palu masih didata
Baca juga: Menristekdikti terbitkan peraturan pendidikan jarak jauh

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018