Mentok (ANTARA News) - Pesta adat perang ketupat di Desa Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, yang dilaksanakan satu kali setahun di tepi Pantai Pasir Kuning dibanjiri masyarakat dari Kota dan Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. "Pesta adat perang ketupat, Desa Tempilang telah dilaksanakan sejak zaman penjajahan Portugis dan terus berkesinambungan hingga saat ini dengan tujuan untuk menghibur masyarakat, sillaturahmi serta mengingat sejarah nenek moyang," kata Ketua Adat Desa Tempilahan, Keman (40), Muntok, Minggu. Pesta tersebut dihadiri sekitar 1.000 penonton yang memenuhi Pantai Pasir Kuning, Desa Tempilang, Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Menurut Keman, jumlah peserta perang ketupat tidak ada aturan baku, namun untuk kali ini pihak adat menurunkan delapan orang peserta perang ketupat yang terdiri dari empat orang dari kubu darat dan empat orang dari kubu laut. "Dalam kegiatan pesta ketupat kali ini ada sekitar 50 ketupat yang dibuat warga secara bersama-sama dari beras yang disiapkan untuk dilemparkan dalam acara itu untuk menyemarakkan pesta Adat perang ketupat di Desa Tempilang," ujarnya. Ia juga menjelaskan, setiap tahunnya pada pertengahan bulan Sya`ban tahun Hijriah dilaksankan upacara tradisional desa Tempilang (Upacara Perang Ketupat) dan upacara tradisional itu dilaksanakan dengan lima tahapan yaitu Penimbongan, Ngancak, Perang Ketupat, Ngayok Perae, Taber Kampong. Penimbong adalah memberikan makanan kepada makhluk halus yang dipercayai bertempat tinggal di darat. Menurut para dukun makhluk halus itu termasuk makhluk halus baik dan dipercayai sebagai penjaga masyarakat kampung terhadap serangan makhluk jahat dari luar desa Tempilang. Dalam prosesi acara Penimbong juga di semarakkan dengan Tarian Campak, Tarian Serimbang, Tarian Kedidi, Tari Seramao. Ngangcak adalah pemberian makanan kepada makhluk-makhluk halus yang bermukim di laut terutama si hewan buaya. Setelah proses ritual Penimbong dan Ngancak dilaksanakan, barulah dilanjutkan dengan prosesi Perang Ketupat dan Ngayok Perae (menghanyutkan Perahu). Acara pesta adat perang ketupat, Desa Tempilang ditutup dengan ritual Taber Kampong (menabur kampong dengan air tabur, bunga pinang) dengan harapan rumah masyarakat terhindar dari bencana dalam setahun ke depan. Kegiatan Taber Kampong dilaksanakan dengan tujuan untuk mebuang tasak besek (penyakit kulit) dan buyung sumbang (perzinahan). Menurut salah seorang pengunjung, Jamiah (30), kegiatan perang ketupat yang dilaksanakan sangat bagus, selain untuk mengingat kembali kebudayaan daerah, juga dapat menghibur masyarakat yang datang. "Kegiatan pesta adat perang ketupat di Desa Tempilang cuma satu kali setahun dan oleh sebab itu tidak bisa dilewatkan begitu saja," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007