"Hal Ini membuktikan bahwa dunia internasional percaya bahwa keuangan Indonesia dan PLN senantiasa dikelola dengan prudent.."
Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) menerbitkan obligasi global (global bond) senilai 1,5 miliar dolar AS, yang akan digunakan mendanai kebutuhan investasi termasuk program 35.000 MW.

Direktur Keuangan PLN Sarwono dalam rilis di Jakarta, Selasa mengatakan pilihan sumber pendanaan itu cukup tepat mengingat sebagian besar kebutuhan investasi peralatan pembangkit listrik masih harus diperoleh impor. 

Obligasi diterbitkan dalam dua mata uang yakni dolar AS dan euro yang terdiri atas 500 juta dolar AS dengan tenor 10 tahun tiga bulan dan bunga 5,375 persen, 500 juta dolar AS dengan tenor 30 tahun tiga bulan dan bunga 6,25 persen, serta 500 juta euro dengan tenor tujuh tahun dan bunga 2,875 persen.

Menurut Sarwono, di tengah kondisi pasar yang bergejolak (volatile) dan isu perang dagang, PLN tidak hanya mendapatkan pendanaan dengan tenor yang panjang, namun juga memperluas basis investor di pasar Eropa dengan global bond bermata uang euro.

PLN, lanjutnya, merupakan BUMN pertama yang mampu secara bersamaan menerbitkan obligasi global di pasar internasional dalam dua mata uang dolar AS dan euro.

Sekaligus juga, sebagai BUMN pertama yang mampu menerbitkan obligasi dalam triple tranches secara bersamaan dengan tenor tujuh tahun, 10 tahun, dan 30 tahun.

"Hal Ini membuktikan bahwa dunia internasional percaya bahwa keuangan Indonesia dan PLN senantiasa dikelola dengan prudent, serta menunjukkan keyakinan dari masyarakat internasional atas kekuatan fundamental ekonomi Indonesia dan PLN saat ini maupun keberlanjutan pertumbuhannya di masa mendatang," ungkapnya.

Sarwono menambahkan obligasi juga memperoleh kupon dan beban bunga yang sangat kompetitif meskipun suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate pada 2018 telah naik sebanyak tiga kali, sehingga dengan ini akan mampu mendukung upaya PLN terus menyediakan listrik kepada masyarakat dengan tarif terjangkau.
 
Baca juga: PLN terbitkan obligasi 2 miliar dolar untuk buyback obligasi lama

Baca juga: Jonan: program listrik 35.000 MW masih sesuai target

 

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018