Bengkulu (ANTARA News) - Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 200 megawatt di Teluk Sepang dilakukan di zona rawan bencana menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkulu.

"Apabila melihat peta rawan bencana, Kelurahan Teluk Sepang yang menjadi tempat berdirinya PLTU ini masuk dalam kawasan bahaya gempa dan tsunami," kata Kepala BPBD Provinsi Bengkulu Soemarno di Bengkulu, Jumat.

"Karakteristik gempa bumi tektonik di perairan Bengkulu ini memiliki kekuatan goncangan kecil hingga besar yang dapat menimbulkan tsunami berdaya rusak, bahkan melumpuhkan," ujarnya.

Soemarno lantas mengulas sejarah gempa bumi besar di Bengkulu, termasuk gempa berkekuatan 7,3 skala Richter yang menewaskan 95 orang dan merusak 46.394 bangunan pada 4 Juni 2000.

Tujuh tahun setelah gempa itu, tepatnya pada 12 September 2007, gempa bumi berkekuatan 7,9 skala Richter menewaskan 15 orang dan merusak 67.191 bangunan.

Bengkulu, Soemarno menjelaskan, juga berisiko menghadapi gempa yang berpusat di daratan akibat aktivitas tiga patahan lokal Sumatera yang ada di Kabupaten Kepahiang, Bengkulu Selatan, dan Bengkulu Utara.

Ia mengatakan pembangunan proyek vital di wilayah pesisir tersebut mestinya sejak awal memperhitungkan peta risiko bencana.

Manajer PT PLN Cabang Bengkulu Nova Sagita mengaku perusahaannya tidak mengetahui teknologi yang digunakan perusahan listrik asal Tiongkok yang membangun pembangkit berbahan bakar batu bara itu.

"Untuk yang ini (PLTU Teluk Sepang) pembangunan pembangkitnya bukan dari PLN, tetapi pihak swasta, sehingga kami tidak tahu secara desain mengenai informasi teknologi yang dipakai perusahaan tersebut," katanya.

Baca juga:
Kanopi Bengkulu kritik investasi listrik batu bara Tiongkok
Warga khawatirkan pembangunan PLTU di pantai Teluk Sepang

 

Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018