Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan melanjutkan program bantuan peningkatan teknologi dan restrukturisasi mesin produksi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada 2008 untuk meningkatkan daya saing TPT di pasar domestik maupun internasional. "Tahun depan program bantuan peningkatan teknologi dan restrukturisasi akan dilanjutkan, dananya diperkirakan sama dengan tahun ini, yaitu sebesar Rp255 miliar," kata Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Anshari Bukhari ditemui di sela-sela Indonesia Textille and Apparel Fair (ITAF) 2007 yang dibuka Wapres M Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis. Kepastian tersebut, kata dia, diperoleh setelah melalui pembahasan anggaran Depperin dengan DPR-RI. Anshari mengatakan, jumlah bantuan program peningkatan teknologi dan restrukturisasi industri TPT tahun 2008 tidak meningkat dibandingkan tahun ini, karena anggaran Depperin tahun depan juga tidak meningkat bahkan turun. "Anggaran Depperin tahun depan bahkan diperkirakan turun sekitar Rp50 miliar untuk dialokasikan bagi pembanguan infrastruktur oleh Departemen Pekerjaan Umum," katanya. Tahun 2007 Depperin memperoleh sekitar Rp1,9 triliun dan diperkirakan tahun 2008 turun menjadi Rp1,85 triliun yang sekitar Rp255 miliar diantaranya untuk program restrukturisasi industri TPT. "Kalau penyaluran dan dampak bantuan peningkatan teknologi dan restrukturisasi industri TPT ini dinilai berhasil, maka tidak tertutup kemungkinan penyalurannya tahun depan dan 2009 bisa terus berlanjut," ujar Anshari. Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Sutrisno mengatakan sejauh ini program bantuan peningkatan teknologi dan restrukturisasi industri TPT mampu mendorong peningkatan investasi di industri tersebut. "Investasi industri TPT pada tahun ini sudah mencapai sekitar Rp2,2 triliun karena adanya bantuan pemerintah untuk restrukturisasi mesin," ujarnya. Ia mengatakan akibat adanya bantuan pendanaan peningkatan teknologi dan restrukturisasi mesin dari pemerintah, sejumlah perusahaan melakukan investasi. Ia mencontohkan ada perusahaan yang melakukan investasi sebesar Rp200 juta, dan sekitar Rp25 juta diantaranya dibantu pemerintah, dan sisanya sekitar Rp175 juta dipinjam dari bank. Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah membantu peningkatan daya saing industri TPT nasional di tengah harga bahan baku yang terus meningkat. "Saat ini untuk bersaing tidak ada cara lain kecuali industri TPT melakukan efisiensi dan inovasi, karena biaya produksi terus meningkat, sedangkan harga ditentukan pasar dan pembeli terutama pembeli asing (buyers)," kata Benny. Ia mengatakan akibat kenaikan biaya listrik, peningkatan harga komoditas pertanian termasuk kapas, kayu untuk serat rayon, dan sutera untuk kain sutera, serta naiknya biaya buruh, biaya produksi meningkat sekitar 20 persen. "Pada semester I tahun ini sebenarnya dari segi nilai, ekspor TPT naik sekitar delapan persen menjadi sekitar 5,1 miliar dolar AS, namun dari sisi jumlah turun sekitar 1,1 persen. Kenaikan nilai ekspor TPT terjadi karena harga TPT di pasar dunia juga meningkat akibat naiknya harga bahan baku," ujarnya. Lebih jauh, Benny mengatakan API mencanangkan target pada 2010 mampu meningkatkan penguasaan pasar TPT dunia dari 1,7 persen saat ini menjadi sekitar tiga persen. Untuk itu, kata dia, selain para pelaku industri TPT harus terus menerus meningkatkan kualitas dan inovasi, serta promosi, pemerintah juga diminta mendukung melalui penciptaan iklim usaha yang lebih kondusif.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007