Dengan penanganan yang profesional dan komprehensif  membuat masyarakat di perbatasan itu bisa merasakan hadirnya pemerintah
Pontianak, 20/11 (ANTARA News) - Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji meminta para alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) agar bisa mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat untuk membangun kawasan perbatasan negara.

 "IPDN ini alumninya menyebar ke segala lini dan sektor kehidupan berbangsa dan bernegara dalam penyelenggaraan tata kelola pemerintahan. Sehingga mereka juga harus berpengalaman untuk berhadapan dengan kondisi-kondisi perbatasan negara, antara negara kita dengan negara lain," kata Sutarmidji di Pontianak, Selasa.

Dia menilai pembahasan perbatasan, khususnya di Provinsi Kalbar  -- yang berbatasan dengan Malaysia  --cukup penting, sebab panjangnya perbatasan yang ada di provinsi ini cukup luas maka perlu penanganan yang sangat profesional dalam perbatasan.

"Untuk membicarakan perbatasan cukup penting khususnya Kalbar, karena panjang perbatasan darat itu bisa sampai 966 kilometer dan tak gampang menanganinya. Apalagi ada beberapa border perbatasan yang belum memadai, tahun depan akan ada dua 'border' yang akan dibentuk dan itu semua harus penanganan yang profesional," katanya.

Karena itu, kata dia, dengan penanganan yang profesional dan komprehensif  membuat masyarakat di perbatasan itu bisa merasakan hadirnya pemerintah. Ia pun menyandingkan dengan program nawacita Presiden Jokowi yang mana salah satu programnya membangun daerah pinggiran.

"Di zaman Presiden Jokowi salah satu program nawacita yang membangun daerah pinggiran dan itu sudah dilakukan. Perbatasan sudah mendapatkan perhatian yang cukup luar biasa, nah pemerintahan daerah mengisi dengan membangun desa-desa yang perbatasan dengan desa mandiri supaya ada sinergi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah," katanya.

Daerah yang memiliki perbatasan langsung dengan negara lain, harusnya bisa memiliki peluang. Mantan Wali kota Pontianak dua periode itu memberikan contoh, di negara Vietnam, Laos dan Kamboja, yang saat ini sedang menanam pohon karet besar-besaran.

Hasilnya,  di negara lain saat ini banyak pesanan peralatan perkantoran yang dihasilkan oleh pohon karet.

"Di luar negeri banyak pesanan meubeler dari bahan kayu karet bisa ini betul-betul pesanan, tapi ini juga bisa menjadi satu cara untuk pasokan jika sudah habis di negara lain dan akhirnya mereka sudah produksi dengan memanfaatkan kayu karet tersebut. Ini juga harus kita antisipasi," katanya.

 
Di tempat yang sama, Dekan Fakultas Hukum Tata Pemerintahan IPDN Jatinangor Murtir Zeddawi mengungkapkan, kegiatan seminar internasional yang dilaksanakan pihaknya pada Senin (19/11) di Pontianak, bertujuan menjalin kerja sama dalam bidang penelitian dan pendidikan bagi para alumni IPDN di mana saat ini para lulusannya terdapat di berbagai sektor baik bidang pemerintahan, ekonomi dan kepala daerah.

"Dalam seminar ini nantinya akan menghasilkan suatu analisa yang akan dijadikan rekomendasi bagi kepala daerah sebagai bahan dalam mengambil suatu kebijakan," ujarnya.

Dari hasil seminar ini, nantinya akan menghasilkan satu rekomendasi yang akan diberikan kepada pemerintah daerah dan pusat. Menurut Murtir Zeddawi, perbatasan untuk saat ini sudah terjalin cukup bagus dari sisi akademisi oleh kedua negara namun yang harus diperbaiki.

"Pendekatannya kesejahteraan, pendekatan derajat pendidikan dan pendekatan kesehatan bagi warga perbatasan yang mungkin perlu diperbaiki yang akan kami usulkan secara akademik kepada pimpinan, gubernur, dan pemerintah pusat," kata Murtir Zeddawi.

Baca juga: Polisi gagalkan penyelundupan 2.609 kepiting ke Malaysia
Baca juga: Malaysia diduga langgar wilayah di Tanjung Datuk
Baca juga: Pangdam: Patok Batas Indonesia-Malaysia Tidak Hilang

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018