Untuk itu tetap waspada di musim penghujan meski hujan selalu membawa kesejukan dan harapan bagi kehidupan.
Di Indonesia hanya terdapat dua musim, musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan biasanya identik dengan bulan berakhiran "ber" seperti September, Oktober, November dan Desember yang mengingatkan kita dengan ember untuk bersiap menampung titik hujan di dalam rumah.

Musim hujan biasanya berlanjut hingga Januari dan Februari. Musim hujan 2018, dimulai pada November dan puncaknya diperkirakan pada Desember dan Januari 2019.

Sejak akhir November dan memasuki Desember, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat mengimbau masyarakat di sejumlah daerah untuk mewaspadai peningkatan curah hujan.

Peningkatan curah hujan tersebut berkaitan dengan meningkatnya kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang serta puting beliung.

Berdasarkan laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama 2018, hingga 25 Oktober 2018, tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia.

Dari keseluruhan bencana tersebut, bencana hidrometeorologi tetap dominan. Jumlah kejadian puting beliung 605 kejadian, banjir 506, kebakaran hutan dan lahan 353, longsor 319, erupsi gunungapi 55, gelombang pasang dan abrasi 33, gempa bumi  yang merusak 17, dan tsunami satu kali. 

Gempa bumi yang merusak dan tsunami memang jarang terjadi. Namun, saat terjadi gempa bumi yang merusak seringkali menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang besar.

BNPB memperkirakan jumlah kejadian bencana akan terus bertambah hingga akhir 2018.

Bencana juga menimbulkan dampak yang sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.

Selama 2018, terdapat beberapa bencana hidrometeorologi yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26 Februari 2018 yang menyebabkan tujuh orang meninggal dunia.

Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah pada 22 Februari 2018 yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal pada 12 Oktober 2018 menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang.


 
Petugas BNPB mengevakuasi warga akibat banjir di kawasan perumahan jalan Pura Demak, Denpasar, Sabtu (8/12/2018). Hujan deras yang mengguyur wilayah Bali selatan pada Sabtu dinihari menyebabkan sejumlah kawasan di Denpasar terendam banjir sehingga sejumlah warga dievakuasi. (ANTARA FOTO/Adhi Prayitno/nym/hp.)



Waspadai curah hujan 

Mendekati puncak musim hujan, BMKG terus mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap peningkatan curah hujan karena dipastikan akan adanya potensi bencana.

Untuk sepekan ke depan, BMKG juga mengimbau sejumlah daerah karena berdasarkan hasil pantauan terkini kondisi atmosfer menunjukkan adanya peningkatan aktivitas gelombang atmosfer.

Kepala Pusat Meterologi Publik BMKG A Fachri Radjab menjelaskan, beberapa sirkulasi atau pusaran aliran udara terbentuk di sekitar wilayah Indonesia, diantaranya terdapat di perairan Barat Aceh, Laut Natuna dan Selat Karimata.

"Sirkulasi ini akan memberikan dampak berupa meningkatnya konsentrasi kelembapan udara untuk mendukung pertumbuhan awan," katanya.

Sirkulasi tersebut juga memicu terbentuknya wilayah konvergensi/pertemuan massa udara di sepanjang pesisir Barat Sumatera, Kalimantan bagian Barat hingga Selat Karimata  dan pulau Jawa.

Wilayah konvergensi tentunya akan meningkatkan potensi pertumbuhan awan di wilayah yang dilaluinya.

Pola kondisi atmosfer seperti ini akan bertahan dalam periode seminggu ke depan, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di sekitar wilayah Indonesia dalam periode beberapa hari kedepan.

Sejumlah daerah yang berada dalam kondisi tersebut yaitu, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Lampung.

Juga di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Papua Barat serta Papua.

Selain itu juga adanya potensi 
gelombang tinggi dengan ketinggian mencapai 2,5 meter hingga 4,0 meter diperkirakan terjadi di Perairan Selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur, Samudera Hindia Selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur hingga NTB, Samudera Pasifik Utara Kepulauan Halmahera.


 
hujan es (ANTARA FOTO/Muhammad Arif Prib)




Kenali Pertanda Alam

Dalam masa peralihan memasuki musim hujan terjadi beberapa kejadian yang cukup ekstrem seperti hujan es di kawasan ibukota pada 22 November lalu.



Baca juga: Hujan es di Jakpus disebabkan pertumbuhan awan yang kuat

Baca juga: Hujan es dan puting beliung terjang Situbondo



Deputi Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo mengatakan terjadinya hujan es di sekitar Jakarta Pusat tersebut disebabkan pertumbuhan awan yang kuat.

"Dari monitoring cuaca, ada pertumbuhan awan yang sangat kuat, sehingga butiran air yang ada di dalam awan tidak sempat mencapai puncak awan hingga membeku dan menjadi butiran es," kata Prabowo.

Dalam kondisi biasa butiran air masih dalam bentuk cair, tapi kondisi yang terjadi di Jakarta Pusat, karena awan sangat kuat maka butiran air menjadi membeku sehingga pada awal hujan menjadi butiran es.

Hujan es biasanya disebabkan perubahan cuaca yang ekstrem secara tiba-tiba, seperti yang terjadi di Jakarta, pagi hingga menjelang siang cuaca cerah, namun terjadi pertumbuhan awan yang intens pada pukul 13.00-14.00 WIB.

Pada pukul 15.00 WIB pertumbuhan awan comulunimbus tersebut mencapai kematangannya. Sebelum terjadi hujan, diawali dengan angin yang kuat.

Hujan es tersebut menurut Mulyono hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan awan yang bersifat lokal sehingga hanya terjadi di Jakarta Pusat.

Beberapa waktu lalu tepatnya pada 6 Desember 2018, juga terjadi angin puting beliung di kawasan Bogor. Angin puting beliung adalah angin kencang, tapi angin kencang belum dapat dikatakan angin puting beliung karena tergantung kecepatan angin yang menyertai.




Baca juga: Bogor minta Rp15 miliar pemulihan pasca puting beliung

Baca juga: Pemkot Bogor catat 1.697 bangunan terdampak angin kencang



Waktu kejadiannya singkat setelah itu diikuti angin kencang yang berangsur melemah kecepatannya.

Berdasarkan laman BMKG menjelaskan, angin puting beliung terjadi pada saat pancaroba yaitu baik pada peralihan dari musim penghujan ke kemarau atau sebaliknya.

Angin puting beliung juga tidak mempunyai siklus serta sangat jarang terjadi angin puting beliung susulan dilokasi yang sama. Juga lebih sering terjadi saat siang atau sore hari dan dapat terdeteksi 30 menit sampai satu jam sebelumnya.

Puting beliung terjadi hanya dari awan Cumulusnimbus (CB) dan sering tumbuh di darat, tapi juga bisa terjadi di laut yang dinamakan water spout. Angin puting beliung akan bergerak tergantung arah gerakan awan CB.

Kecepatan angin puting bisa mencapai 30-40 atau 50 knots dan berlangsung selama tiga menit atau maksimal lima menit dengan jangkauan daerah yang rusak 5-10 km.



 
Seorang warga Bogor bernama Enny Retno tewas setelah mobil Avanza yang ditumpanginya tertimpa pohon tumbang akibat angin kencang di Bogor Jabar, Kamis (6/12/2018). Berikutnya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor merilis jumlah rumah terdampak angin kencang-puting beliung mencapai 1.697 unit. (Foto: ANTARA)



Perubahan Tiba-tiba

Bagaimana mengetahui kemungkinan munculnya angin puting beliung? Tanda-tanda alam yang perlu diketahui yaitu udara panas atau pengap pada malam-pagi hari satu hari sebelumnya.

Terlihat tumbuh awan CB sekitar pukul 10.00 pagi, diantara awan tersebut ada dua jenis awan yang berbatas tepi sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol dan awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam gelap, serta terasa sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri.

Tanda-tanda lain yang perlu diperhatikan disekitar adalah dahan dan ranting yang sudah bergoyang cepat, artinya hujan dan angin kencang sudah akan datang.

Juga terdengar Sambaran petir yang cukup keras. Apabila indikator ini dirasakan maka ada kemungkinan hujan lebat dan petir serta angin kencang akan terjadi.

Selain itu, jika satu atau tiga hari berturut-turut tidak ada hujan di musim penghujan, ada kemungkinan hujan deras yang turun pertama kali diikuti angin kencang baik masuk dalam kategori puting beliung maupun tidak.

Puting beliung dapat menyebabkan atap rumah berterbangan bahkan jatuhnya korban jiwa seperti yang terjadi di Bogor akibat tertimpa pohon tumbang.

Untuk itu tetap waspada di musim penghujan meski hujan selalu membawa kesejukan dan harapan bagi kehidupan.*



Baca juga: Waspadai banjir, longsor, puting beliung, dan abrasi.

Baca juga: Alat canggih untuk deteksi longsor


Baca juga: "Kepentingan" ekonomimu, bencanaku




 

 

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018