Jakarta (ANTARA News) - Belajar dari runtutan peristiwa gempa Aceh dan Nias pada 2004-2005, maka kemungkinan gempa yang berpusat di kawasan Pulau Siberut dapat diprakirakan berdaraskan gempa di Bengkulu, kata Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ridwan Djamaluddin. "Memang waktu kejadian belum dapat ditentukan secara tepat, tetapi fenomena ini tergambar dari runtuhan gempa Bengkulu 12 September 2007," ujarnya melalui keterangan persnya seusai penyelenggaraan diskusi ilmiah dengan para ahli yang aktif meneliti kegempaan Indonesia di Jakarta, Selasa. Ia menegaskan, kesimpulan IAGI bukan untuk menimbulkan rasa takut bagi masyarakat, tetapi hanya untuk menjadi perhatian karena perairan barat Sumatera masih menyimpan potensi gempa besar, sementara itu para ahli masih menghadapi kendala keterbatasan data kegempaan, data patahan aktif dan data geologi permukaan dan bawah permukaan. Disebutkannya, kawasan pusat gempa yang harus dicermati adalah perairan barat Lampung, perairan Enggano, perairan Siberut dan perairan Simeuleu dan berdasarkan runtutan peristiwa gempa Bengkulu peluang kejadian yang paling dekat adalah kawasan Siberut. Untuk meningkatkan kemampuan deteksi dan peringatan dini IAGI merekomendasikan untuk menambah jaringan instrumen pemantau seperti seismometer dan "Global Positioning System (GPS)", serta melakukan survei dan pemetaan terhadap patahan aktif dan zona retakan. Sedangkan, upaya pemda dan masyarakat diharapkan segera membuat tata ruang dan panduan kesesuaian struktur bangunan untuk daerah-daerah rawan bencana, serta pengawasannya agar diperketat, ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007