Penutupan pemerintah AS dan angka penjualan ritel yang lemah di seluruh dunia menghidupkan kembali kekhawatiran tentang pertumbuhan (ekonomi)
Singapura (ANTARA News) - Harga minyak AS turun tipis di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi karena kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi muncul kembali, setelah perundingan gagal menawarkan langkah-langkah konkret untuk mengakhiri konflik perdagangan Amerika Serikat dan China, meskipun pemotongan produksi yang dipimpin OPEC memperkuat sentimen di pasar minyak mentah.

Harga minyak juga didukung oleh pernyataan dari Ketua Federal Reserve AS (Fed) Jerome Powell pada Kamis (10/1), bahwa bank sentral memiliki kemampuan untuk bersabar pada kebijakan moneternya.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS telah merosot 23 sen AS atau 0,4 persen, dari penyelesaian terakhir mereka menjadi 52,36 dolar AS per barel pada pukul 00.16 GMT.

Namun minyak mentah AS berada di jalur untuk kenaikan minggu kedua berturut-turut, dan persentase kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari dua tahun. WTI telah naik sekitar 9,0 persen sejauh minggu ini, kenaikan mingguan terbesar sejak Desember 2016.

Sementara itu, minyak mentah berjangka internasional Brent belum mulai diperdagangkan.

Baca juga: Harga minyak lanjutkan kenaikan, Arab Saudi pangkas produksi

China mengatakan tiga hari perundingan dengan AS yang berakhir pada Rabu (9/1) telah membentuk "dasar" untuk menyelesaikan perbedaan atas perdagangan. Tetapi pihaknya memberikan beberapa rincian tentang masalah-masalah utama yang dipertaruhkan, termasuk kenaikan tarif AS yang dijadwalkan atas impor China senilai 200 miliar dolar AS.

Penutupan sebagian pemerintah AS dan data ekonomi yang hangat di beberapa negara, juga menyeret pasar keuangan yang luas.

"Penutupan pemerintah AS dan angka penjualan ritel yang lemah di seluruh dunia menghidupkan kembali kekhawatiran tentang pertumbuhan (ekonomi)," analis di Bank ANZ mengatakan dalam sebuah catatan pada Jumat, seperti dikutip Reuters.

Harga produsen China pada Desember naik pada laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun, sebuah tanda mengkhawatirkan risiko deflasi yang dapat membuat Beijing menggelar lebih banyak dukungan kebijakan untuk membantu menstabilkan ekonomi.

"Namun, investor menjadi semakin yakin bahwa pengurangan produksi OPEC+ akan menyeimbangkan pasar," kata ANZ.

Arab Saudi mengatakan awal pekan ini bahwa pembatasan pasokan yang dimulai pada akhir 2018 oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen non-OPEC termasuk Rusia, akan membawa keseimbangan pasar minyak.

"Saudi sedang membuat tindakan yang memperburuk situasi pada pasokan ekspor untuk menyeimbangkan kembali pasar yang menguntungkan mereka. Harga-harga sedang mempertahankan ketinggian yang menunjukkan bahwa langkah bullish baru-baru ini belum berakhir," kata Kepala Investasi Probis Securities Jonathan Barratt di Sydney.

"Kami mengharapkan retorika lebih bullish dari OPEC, terutama dari Arab Saudi untuk membantu menopang harga. Produsen-produsen AS hanya akan menikmati kenaikan." Kemungkinan pembatasan pasokan di tempat lain juga membantu meningkatkan pasar minyak.

Regulator industri minyak Norwegia mengatakan produksi minyak mentah negara itu pada 2019 akan lebih kecil dari perkiraan sebelumnya dan pada level terendah dalam tiga dekade.

Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh mengatakan pada Kamis (10/1) sanksi-sanksi AS terhadap negaranya "sepenuhnya ilegal" dan Teheran tidak akan mematuhinya.

Baca juga: Dolar melambung dipicu pernyataan Ketua Fed tentang penutupan pemerintah AS



 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019