Jakarta (ANTARA News) - Sulit dibayangkan bahwa pemerintahan Amerika Serikat (AS) saat ini melakukan lebih banyak kerusakan di bawah Hakim Agung ‎Brett Kavanaugh - hakim Mahkamah Agung bermasalah pilihan Presiden Donald Trump yang merespons tuduhan pelecehan seksual dengan serangan partisan dan kemarahan.

Setelah kesimpulan mengecewakan dari perseteruan itu, bagaimanapun, pemerintahan ini malah melanjutkan transformasi antitransgender pada sistem hukum kita ke tingkat terbaru.

Baru pekan ini, Komisi Yudisial Senat akan menggelar pemungutan suara untuk pengajuan Chad Readler sebagai hakim seumur hidup Pengadilan Banding Sirkuit Keenam - tingkat akhir di sistem yudisial sebelum kasus yang disengketakan dapat diajukan ke Mahkamah Agung.

Pekan ini, NCTE mempublikasikan surat penolakan keras terhadap Readler - pengacara hiperpartisan yang menyerang hak-hak orang-orang transgender terhadap layanan kesehatan dan mendukung upaya tidak berdasar pemerintah untuk melarang prajurit transgender.

"Tuan Readler memiliki catatan agrumen hukum yang ekstrem dan meragukan," bunyi surat penolakan kami, "terkadang melewati batas pembelaan yang berlebihan, dalam mendukung upaya pencabutan hak-hak sipil individu."

Readler saat ini bertugas dan sampai saat ini memimpin Divisi Sipil Kejaksaan Agung yang dipimpin Jeff Sessions. Di divisi itu dia telah membuat argumen hukum di balik sejumlah serangan Pemerintahan Trump dan orang-orang LGBT serta hak-hak sipil secara umum. Readler memiliki kesamaan penting dengan Kavanaugh: dia bisa membantu menyabotase Undang-undang Layanan Kesehatan Terjangkau (ACA).

Readler menulis arahan kejaksaan Pemerintahan Trump yang menentang hak orang-orang dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya dari jaminan kesehatan. Langkah itu membuat ketua Komisi Kesehatan  Senat yang saat ini dijabat Partai Republik menyebut  argumennya "sangat tidak masuk akal."

Bahkan, argumen Readler terhadap undang-undang itu sangat ekstrem, hingga seorang jaksa ternama Kementrian Kehakiman memilih mundur daripada mengikuti arah itu. Dua jaksa lain juga menolak untuk menandatanganinya.

Seperti di dalam surat kami, Readler juga memimpin upaya Kementrian Kehakiman untuk mencabut perlindungan ACA - undang-undang federal pertama yang secara eksplisit melarang diskriminasi seks di layanan kesehatan - terhadap pasien-pasien transgender.

Readler juga menjadi jaksa yang memimpin pembelaan upaya pemerintah yang sembrono untuk melarang orang-orang transgender mengabdi di militer. Larangan itu murni perpaduan prasangka dan ketidakpeduliaan Presiden - seperti dikonfirmasi dalam laporan terbaru. Tapi, Readler terus memimpin pembelaan atas larangan itu dari satu pengadilan ke pengadilan lain, tempat upaya itu digugurkan karena tidak berdasar, tidak diperlukan, dan inskonstitusional.

Catatanya yang menghebohkan menempatkan Readler sama seperti Jeff Mateer, calon yang diajukan Trump, yang secara literal merendahkan anak-anak transgender. Readler juga disamakan dengan Hakim Agung Kavanaugh, yang mengambil posisi yang sama terhadap ACA dan hak semua orang yang memenuhi akses layanan kesehatan.

Wajar bila Readler ditentang senator satu kampung halamannya Sherrod Brown. Dalam tradisi Senat, penentangan Brown biasanya meredam pencalonan, namun para pemimpin Senat malah tetap melanjutkan pencalonannya.

Penunjukan Hakim Agung Kavanaugh adalah penghinaan besar terhadap hak-hak transgender Amerika - khususnya setengah dari orang-orang transgender yang mengalami kekerasan seksual.

Menurut NCTE, tidak akan ada orang transgender yang akan mendapatkan persidangan adil dan tidak bias di hadapan Hakim Agung Kavanaugh. Begitu juga dengan Chad Readler - yang sedikit lagi membantu upaya pemerintah untuk mencabut kemajuan hak-hak kita.
 

 

Pewarta: Antara
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019