Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan telekomunikasi PT Pasifik Satelit Nusantara dalam waktu dekat akan meluncurkan satelit high throughput atau satelit multifungsi untuk menyediakan internet cepat di daerah-daerah terpencil.

Selain PSN, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika juga sedang mengadakan proyek pembangunan satelit multifungsi, ditargetkan selesai pada 2023 mendatang. 

Satelit multifungsi merupakan solusi untuk memberikan akses ke jaringan internet ke wilayah-wilayah yang tidak terjangkau oleh kabel serat optik. 

Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso menilai masalah konektivitas di Indonesia perlu diselesaikan agar tidak menyebabkan ketimpangan di masa mendatang, apalagi aktivitas sekarang ini memerlukan koneksi internet broadband.

Satelit multifungsi Nusantara Satu memiliki kapasitas sebesar 15Gbps, lebih besar tiga kali lipat dari satelit konvensional yang saat ini ada di Indonesia yang saat memiliki kapasitas 5Gbps. Sementara itu, berdasarkan pantauan PSN, permintaan akses terhadap internet di daerah tergolong tinggi karena menjadi salah satu penghubung mereka ke tempat lain.

"Sampai sekarang pertumbuhannya masih sangat tinggi, tiap bulan double digit. Keinginan mereka untuk menggunakan internet tinggi," kata Adi.

Di lokasi-lokasi yang menggunakan internet dari satelit konvensional, kecepatan internet saat ini sekitar 5 megabita per detik (Mbps). Jika sudah menggunakan satelit high throughput, kecepatan internet dijanjikan dapat berada di angka 25Mbps.

"Seperti kecepatan 4G," kata Direktur Niaga PSN, Agus Budi Tjahjono, saat acara di Jakarta, Rabu.

Apalagi saat ini kebutuhan data internet banyak digunakan untuk mengakses video, baik untuk menonton atau melakukan panggilan video (video call).

Satelit high throughput tidak hanya mampu memberikan akses internet yang lebih cepat, satelit ini juga dipandang menawarkan biaya yang lebih ekonomis.

Satelit high throughput memiliki teknologi yang hanya sedikit memerlukan bahan bakar untuk mempertahankan satelit pada orbitnya. Satelit ini juga memiliki bobot sekitar 4 ton, lebih ringan dibandingkan satelit konvensional yang memiliki bobot 5 ton ke atas.

Ketika diluncurkan dengan roket, ongkos yang dikeluarkan pun dapat lebih murah, sekitar setengah dari biaya pembuatan roket.

Baca juga: Satelit Nusantara Satu buatan Indonesia segera mengudara

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019