Brisbane (ANTARA News) - Kejutan terjadi di Paviliun Indonesia yang menjadi "guest nation" pekan raya tahunan rakyat Australia Barat, "Perth Royal Show" (PRS), karena seluruh produk furnitur, sepatu, dan garmen batik yang dipajang di paviliun itu sudah habis dibeli para pengunjung sejak Sabtu (29/9). "Wah di luar perkiraan kita semua. Jumlah pengunjung yang datang ke Paviliun Indonesia luar biasa banyaknya dan yang menyenangkan kita lagi adalah stand Jawa Timur yang menampilkan sejumlah produk furnitur antik asal Bojonegoro sudah habis terjual," kata Konsul RI di Perth, Dr. Aloysius L. Madja. Kepada ANTARA yang menghubunginya dari Brisbane, Sabtu malam, Aloysius mengatakan produk-produk sepatu dan garmen batik juga sudah habis dibeli para pengunjung, padahal para pengisi stand di Paviliun Indonesia itu hanya memajang produk-produk itu dalam jumlah yang terbatas. "Animo pengunjung ternyata sangat luar biasa. Garmen batik pun habis dibeli," katanya. Acara pembukaan PRS yang dihadiri ribuan orang pengunjung, termasuk ratusan orang yang sengaja datang ke Paviliun Indonesia pada Sabtu (29/9), dimeriahkan oleh pertunjukan tari dan mode Batik grup Kinarya Guruh Soekarno Putra (GSP). Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu TM Hamzah Thayeb, Gubernur Jawa Timur Imam Utomo, dan Menteri Pertanian dan Pangan Australia Barat, Kim M.Chance MLC turut hadir dalam acara pembukaan itu, kata Aloysius. Dubes Thayeb termasuk orang yang merasakan kemeriahan sambutan para pengunjung Paviliun Indonesia itu. "Bagus sekali. Ramai sekali yang mengunjungi paviliun kita itu. Bahkan banyak yang datang membeli Batik," katanya. Indonesia mengusung tema "Discover a New Indonesia" (Temukan Indonesia Baru) dalam debutnya selaku "guest nation" (tamu kehormatan) PRS 2007 itu. Konsul RI di Perth, Aloysius L. Madja, mengatakan, diangkatnya tema itu disemangati oleh keinginan untuk memulihkan citra bangsa. "Target kita dalam PRS ini ya citra kita bisa dipulihkan atau setidaknya lebih baik sedikit. Selama ini kan citra kita kurang menguntungkan setelah krisis moneter, aksi terorisme, dan serangkaian bencana melanda negara kita," katanya. Tema "Discover a New Indonesia" itu dipilih karena pihaknya ingin menyajikan fakta bahwa Indonesia kini sedang bergerak ke arah yang lebih baik ditandai dengan berlanjutnya proses transformasi demokrasi yang membuatnya semakin terbuka serta iklim investasi yang sudah berubah. "Kita pun ingin menonjolkan Indonesia yang bersahabat dan tidak `prejudice` (berprasangka) terhadap bangsa lain," katanya. Ia mengatakan, pihaknya berupaya keras memanfaatkan PRS yang berlangsung di Mt. Claremont Showground Perth dari 29 September hingga 6 Oktober 2007 ini untuk mempromosikan potensi besarnya di bidang seni, budaya, pariwisata, perdagangan dan investasi. Untuk memeriahkan paviliun Indonesia yang menempati areal seluas 990 meter persegi itu, pihaknya tidak hanya menghadirkan grup tari Kinarya GSP tetapi juga "food court" (lokasi kuliner) khusus masakan Indonesia yang disajikan enam dari 15 restoran Indonesia yang ada di Perth, katanya. Menurut Aloysius, grup Kinarya GSP yang didukung 30 orang personil itu tidak hanya tampil di PRS tetapi juga di depan sejumlah pejabat pemerintah dan "sahabat-sahabat Indonesia" di Australia Barat. Paviliun Indonesia diramaikan oleh sejumlah Pemda dan perusahaan nasional maupun Australia yang beroperasi di Tanah Air, seperti Pemda Bali dan Jawa Timur, Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat, Indofood, BHP Billiton, Batik House, Perkumpulan Peduli Nurani Budaya Indonesia, dan Garuda Indonesia. Pemilihan Indonesia sebagai "guest nation" dalam kegiatan tahunan yang diadakan pada awal musim panas sejak tahun 1831 itu, dipertegas melalui surat Premier Australia Barat Alan Carpenter MLA. Pada awal perkembangannya, PRS dimaksudkan sebagai wahana promosi bagi produk-produk pertanian dan peternakan Australia Barat namun dalam perkembangannya bertambah dengan aspek-aspek hiburan keluarga, pendidikan dan informasi tentang lingkungan hidup dan teknologi. PRS yang dikunjungi sedikitnya 40 ribu orang setiap harinya itu diadakan di atas area seluas sekitar 70 hektar. Sejak 2002, Pemerintah Negara Bagian Australia Barat memberikan kesempatan kepada negara-negara lain untuk ikut meramaikan PRS sekaligus mempromosikan negaranya. Kehormatan selaku "guest nation" telah diberikan kepada Jerman pada 2002, Italia (2003), China (2004), Malaysia (2005) dan Jepang (2006). Indonesia merupakan salah satu mitra dagang penting Australia Barat. Pada 2006, nilai ekspor Indonesia mencapai 1,366 miliar dolar Australia dan impor 1,254 miliar dolar Australia. Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar 111,5 juta dolar Australia. (*)

Copyright © ANTARA 2007