Kami punya konsep untuk mengangkat pasar ikonik nusantara guna dibuatkan festivalnya tahun ini. Salah satunya festival kuliner ini,
Jakarta (ANTARA News) - Festival kuliner Pasar Glodok menghadirkan sejumlah makanan legendaris khas kawasan ternama di Jakarta tersebut.

"Kawasan Glodok memang memiliki sejarah yang cukup panjang sebagai gudangnya makanan pecinan, yang enak-enak ada di Pasar Glodok," ujar penyelenggara festival kuliner Pasar Glodok, Febriyanto Rachmat, kepada pers di Jakarta, Minggu.

Festival tersebut diselenggarakan di Mal Ciputra Jakarta, pada 23 Januari hingga 10 Februari 2019.

Sejumlah makanan dan minuman legendaris khas Glodok ditawarkan seperti Kopi Es Tak Kie, Es Sari Salju 899, Es Krim Medan Pak Apat, Teh Mekar by Adam Lie, serta Aneka Es & Wedang  Semarang. Ada juga penganan Otak-otak Binatu asli Lookie, Cakwe Orchard, Pisang Goreng Srikaya Ahou.

Kuliner lainnya yaitu Nasi Campur Tak Kie,  Rujak Shanghai Encim, Pempek Eirin 10 Ulu, Bakmi Amoy,  Kacang Ijo Pancoran Teddy, serta Sate Padang Petak IX.

Febriyanto menjelaskan sejak zaman Hindia Belanda, kawasan Glodok sudah menjadi pusat berbagai kegiatan. Dari wilayah bisnis,  niaga sampai kawasan kuliner.

"Kami punya konsep untuk mengangkat pasar ikonik nusantara guna dibuatkan festivalnya tahun ini. Salah satunya festival kuliner ini," kata dia.

Ke depan, sebutnya, akan ada Festival Pasar Klewer, Festival Pasar Beringharjo, Festival Pasar Ateh Bukittinggi, Festival Pasar Cihapit Bandung, serta Festival Pasar Genteng Surabaya.
 
Menurut dia generasi muda perlu diperkenalkan dengan pasar sebagai salah satu saksi sejarah bangsa,  yang menggerakan ekonomi rakyat dari jaman dahulu.

Seperti kawasan Glodok,  yang memiliki peran penting dalam proses berdirinya kota Batavia hingga berkembang menjadi Kota Jakarta.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, kawasan Pancoran Glodok adalah pintu gerbang utama menuju Kota Batavia dari arah Selatan. Sebutan ‘Glodok’, diambil dari suara air pancur,  yang keluar dari sebuah bangunan kecil berbentuk segi delapan yang dibangun sekitar tahun 1743 di tengah-tengah halaman Stadhuis (kini Museum Sejarah Jakarta). Bunyi air grojok-grojok dari pancuran itulah oleh penduduk Tionghoa dieja sebagai glodok-glodok.  

Bangunan itu juga banyak membantu serdadu Belanda karena mengalirkan air bersih,  yang bisa digunakan sehari-hari. Dan kawasan Glodok juga dikenal dengan gudangnya makanan pecinan yang enak-enak.

Baca juga: Festival kuliner Glodok, dari Kopi Tak Kie sampai Bakmie Amoy
Baca juga: Hari ini, festival kuliner Glodok hingga pameran seni rupa

Pewarta: Indriani
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019