Palangka Raya (ANTARA News) - Dua unit helikopter Kamov Ka-32 sewaan Departemen Kehutanan dari Korea Selatan kewalahan mengatasi kebakaran lahan gambut seluas ratusan hektar di kawasan Pengembangan Lahan Gambut (PLG), Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Pemantauan ANTARA News di lokasi pemadaman kebakaran lahan di Kecamatan Mentangai, Kapuas, Rabu, kedua heli tak berdaya memadamkan delapan titik kebakaran seluas total 200-an hektar yang tersebar di kawasan gambut itu meski telah menjatuhkan ribuan liter bom air di lokasi kebakaran. Dalam upaya pemadaman tahap pertama yang berlangsung sekitar dua jam itu kedua heli sempat menjatuhkan sebanyak 32 bom air masing-masing sebanyak 3.000 liter, namun tetap tidak mampu menuntaskan titik api dan asap tebal terus membumbung tinggi dari lokasi. Kebakaran lahan sendiri, berada di sepanjang kanan-kiri kanal-kanal PLG yang diduga kuat merupakan pembakaran disengaja oleh warga setempat. Petak-petak yang terbakar terlihat sudah diblok berbentuk persegi empat, meski api pada akhirnya tetap meluas ke luar petak. Lokasi kebakaran berjarak sekitar lima kilometer dari pemukiman warga terdekat. Sedangkan sebagian besar areal di PLG seluas ribuan hektar lainnya kini juga berada dalam kondisi siap bakar dengan banyaknya serasah daun yang telah mengering. Menurut seorang staf helikopter pemadam asal Korea, Kim yang berada di lokasi pamadaman, untuk memadamkan lahan gambut seluas itu dibutuhkan sedikitnya 10 helikopter serupa seperti yang dilakukan di negaranya. "Tiap bom air yang dijatuhkan heli memang terbatas pada areal seluas 60 meter kali 20 meter, sedangkan kebakaran lahan telah mencapai ratusan meter persegi," kata co-Pilot heli Kamov HL-9289, Kim Kyung Sup. Sementara itu, Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan Dephut Sonny Parnoto, mengakui upaya pemadaman dengan kedua heli masih kurang efektif untuk mengatasi kebakaran lahan gambut. "Kebakaran yang terjadi berada jauh di bawah tanah gambut, sedangkan air yang dijatuhkan heli paling hanya menembus sekitar 10 sentimeter dari atas permukaan sehingga memang kurang efektif," jelasnya. Oleh karena itu pihaknya memutuskan akan mengerahkan pasukan pemadam darat untuk mendukung pemadaman dari udara dengan menyuntikkan air ke dalam gambut yang terbakar. Pasukan pemadam darat bersama peralatan pemadamnya akan diangkut sekaligus menggunakan heli yang mampu menampung satu regu pemadam, untuk diterjunkan langsung di lokasi kebakaran. Selain itu, jam operasional heli akan dimaksimalkan menjadi minimal enam jam dalam sehari dengan dua kali pengisian bahan bakar agar pemadaman bisa benar-benar tuntas, lanjut Sonny. "Targetnya api harus benar-benar padam, karena kalau api tidak tuntas dipadamkan di lahan gambut, maka akan mudah meluas dan membakar lahan sekitarnya sehingga upaya kita sia-sia," ujarnya. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Mega Harijanto, mengaku telah menyiapkan pasukan Manggala Agni lengkap beserta peralatan pemadamnya untuk membantu upaya pemadaman dari darat pada upaya pemadaman selanjutnya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007