Jakarta (ANTARA) - Presiden Badan Anti-Doping Dunia (WADA) Craig Reedie mengatakan, Rabu, bahwa keputusan mereka untuk menerima kembali Rusia sebagai anggota sejak enam bulan lalu adalah sebuah keputusan yang benar.

Secara khusus, Reedie mengatakan, keputusan Rusia untuk memberikan akses laboratorium doping di Moskow menyusul diterimanya kembali Badan Anti-Doping Rusia (RUSADA) ikut berperan dalam keputusan tersebut.

Keanggotaan RUSADA dicabut pada 2015 setelah laporan hasil investigasi WADA menyatakan bahwa ditemukan bukti terjadinya praktik doping secara sistematis pada cabang atletik Rusia yang didukung oleh pemerintah.

Laporan lainnya pada tahun berikutnya mengungkapkan bahwa lebih dari 1.000 kasus doping yang terjadi di banyak cabang olahraga, terutama di Olimpiade Musim Dingin pada 2014 di Sochi, Rusia.

Pihak Rusia membantah keterlibatan pemerintah dalam skandal doping tersebut.

Melalui keputusan kontroversial pada September 2018 lalu, WADA setuju untuk memulihkan keanggotaan RUSADA selama mereka memberikan akses kepada penyidik untuk memeriksa laboratorium di Moskow.

"Adalah keputusan yang tepat untuk mengembalikan status keanggotaan RUSADA pada 20 September 2018, yang dalam pandangan saya juga baik bagi terciptanya olahraga yang bersih," kata Reedie dalam simposium tahunan WADA.

"Jelas bukan keputusan yang mudah bagi komite eksekutif WADA, saya sangat memahami alasan bagi yang tidak setuju," katanya menambahkan.

Minggu lalu WADA telah menyelesaikan proses yang melelahkan, yaitu memasukkan 1,5 juta data yang diambil dari laboratorium di Moskow dan akan memulai memeriksa informasi untuk memastikan keasliannya.

“Tidak dapat disangkal bahwa mengakses data laboratorium adalah langkah besar dalam masalah ini,” kata Reedie, seraya menambahkan bahwa WADA perlu memastikan bahwa “data tersebut lengkap dan asli.”

Menurut Reedie, WADA harus memindahkan sebanyak 24 terabite informasi yang sama dengan kapasitas 400.000 jam musik.
 

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019