Purwokerto (ANTARA) - Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami penurunan seiring dengan berlangsungnya masa panen raya di sejumlah wilayah eks Keresidenan Banyumas, kata Sekretaris Asosiasi Perberasan Banyumas Fatkhurrahman.

"Sekarang di mana-mana sedang panen raya, tidak hanya di eks Keresidenan Banyumas, wilayah Pantura juga sedang panen. Dengan demikian, harga GKP di tingkat petani pun mengalami penurunan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa.

Bahkan, kata dia, penurunan harga GKP di tingkat petani tersebut sudah sampai di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015, yakni sebesar Rp3.700 per kilogram.

Sementara dalam rapat koordinasi pangan di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 18 Maret 2019, diputuskan bahwa Bulog dapat menyerap dengan fleksibilitas sebesar 10 persen di atas HPP.

Akan tetapi di tingkat petani saat ini, kata dia, harga untuk gabah yang kualitasnya kurang bagus sekitar Rp3.500 per kilogram sedangkan gabah yang bagus berkisar Rp3.700-Rp3.800 per kilogram.

"Kemarin saat hujan terus-menerus di beberapa daerah, banyak tanaman padi siap panen yang roboh sehingga kualitas gabahnya kurang bagus. Apalagi kalau tidak segera dipanen, gabahnya akan berwarna hitam karena terkena lumpur," jelasnya.

Lebih lanjut, Fatkhurrahman mengakui kondisi cuaca yang sering hujan dalam beberapa waktu terakhir berdampak pada proses pengeringan gabah karena membutuhkan waktu yang lebih lama.

Menurut dia, kondisi tersebut berdampak terhadap kualitas gabah karena kadar airnya cukup tinggi sehingga sulit memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Bulog.

"Selain harus benar-benar kering, rendemen gabah yang bisa masuk ke Bulog juga harus sebesar 14 persen. Dalam kondisi seperti ini, untuk mendapatkan gabah yang benar-benar kering ya susah," kata dia yang juga mitra kerja Perum Bulog Subdivisi Regional Banyumas.

Kendati harga gabah di tingkat petani mengalami penurunan karena sedang panen raya, dia mengatakan hal itu belum berdampak signifikan terhadap penurunan harga beras.

Menurut dia, harga beras kualitas medium di tingkat penggilingan saat ini berkisar Rp9.000-Rp9.500 per kilogram.

"Saat sekarang gabah memang melimpah dan harganya turun karena sedang panen raya, namun belum berdampak signifikan terhadap penurunan harga beras karena petani terkendala dalam proses pengeringan gabah," jelasnya.

Sebelumnya, Kepala Perum Bulog Subdivre Banyumas Sony Supriyadi mengatakan pihaknya saat sekarang masih fokus terhadap pembelian beras kualitas premium karena stok beras kualias medium atau "public service obligation" (PSO) masih banyak.

Dalam hal ini, kata dia, beras kualitas premium yang dibeli sesuai dengan harga pasar tersebut akan langsung dijual maupun untuk mendukung bantuan pangan nontunai (BPNT).

"Hingga saat ini, kami telah menyerap sekitar 268 ton beras premium. Kalau stok beras PSO masih sekitar 11.500 ton yang diperkirakan mencukupi hingga dua tahun ke depan," katanya.

Ia mengatakan stok beras PSO tersebut masih banyak karena saat sekarang tidak ada lagi penyaluran beras untuk keluarga sejahtera (rastra), sehingga penggunaannya hanya untuk keperluan kegiatan stabilisasi harga pangan.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019