Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 29 persen dari seluruh spesies primata di dunia termasuk kera, kukang dan orang utan terancam punah akibat perusakan hutan tropis, perdagangan satwa liar dan perburuan komersial. Kelompok pelestari primata Species Survival Comission IUCN dan International Primatological Society mengatakan hal itu dalam siaran pers terbaru bertajuk Primata Di Ambang Bahaya: Daftar 25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia 2006-2008 yang dikompilasi oleh 60 pakar dari 21 negara. IUCN juga membuat "daftar merah" berisi klasifikasi 114 dari 394 spesies primata di dunia yang statusnya terancam punah. "Anda dapat mengumpulkan seluruh populasi dari 25 jenis primata yang masih hidup hanya di sebuah stadion sepak bola. Itulah bagaimana menggambarkan betapa sedikitnya mereka yang tersisa di bumi saat ini," kata Ketua SSC IUCN Russel A Mittermeier, yang juga Presiden Conservation International (CI) dalam siaran pers dari CI yang diterima ANTARA News di Jakarta, Jumat. Menurut dia, kondisi yang paling buruk terjadi di Asia. Di benua ini kegiatan perusakan hutan tropis, perburuan dan perdagangan kera ilegal menempatkan banyak spesies primata pada kondisi mengerikan. "Bahkan beberapa spesies baru yang ditemukan sudah masuk ke dalam daftar ini dan dapat segera punah akibat kehilangan habitat," katanya. Kondisi yang tercipta akibat kegagalan merespons peningkatan ancaman tersebut, menurut para pakar kini diperburuk oleh adanya perubahan iklim. Para pakar mengatakan, "Ini akan membawa kepunahan jenis primata pertama dalam waktu lebih dari satu abad." Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa ancaman kepunahan spesies-spesies primata nonmanusia akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan keseimbangan ekosistem di tempat mereka hidup sebab melalui perannya dalam penyebaran biji-bijian dan interaksi dengan lingkungan mereka, primata membantu penyebaran tanaman dan kehidupan satwa penghuni bumi. Daftar 25 jenis primata yang paling terancam punah di dunia 2006-2008, yang disusun dalam Kongres Masyarakat Primatologi Internasional ke-21 di Uganda, meliputi 11 jenis primata dari Asia, tujuh dari Afrika, empat jenis dari Madagaskar, dan tiha lainnya dari Amerika Selatan. Ke-25 jenis primata tersebut antara lain terdiri atas kukang bambu Madagaskar (Prolemur simus), kukang white collared (Eulemur albocollaris), kukang sahamalaza peninsula sportive (lepilemur sahamalazensis), silky sifaka (propithecus candidus), gorila cross river (gorilla gorilla diehli), kera roloway (cercophitecus diana roloway), rondo dwarf galago (galagoides rondoensis), monyet merah tana river (procolobus rufomitratus), monyet merah Miss Waldron (Procolobus badius), Kipunji (Rungwecebus kipunji), Variegated spider monkey (Ateles hybridus), kera laba-laba berkepala coklat (Ateles fusciceps), kera berekor kuning Peru (Oreonax flavicauda), siamang Western hoolock (Hoolock hoolock), kukang Horton plains (Loris tardigradus nycticeboides), lutung muka ungu (Semnopithecus vetulus nestor), lutung Delacour (Trancypithecus delacouri), lutung kepala emas Vietnam (Tranchypithecus poliocephalus poliocephalus), grey sannked douc (Pygathrix cinerea), kera Tonkin snub-nosed dan (Rhinopithecus avunculus), Owa Hainan (Nomascus hainamus). Sementara tiga di antaranya yang berasal dari Indonesia meliputi tarsius Pulau Siau (Tarsius Sp.), lutung endemik Mentawai Simakobu (Simias concolor), dan Orang Utan Sumatera (Pongo abelii). "Kita sangat bahagia karena Owa Jawa yang tadinya masuk daftar sekarang sudah tidak lagi, namun sayang digantikan spesies lainnya yakni tarsius Pulau Siau yang memunyai populasi kecil dan terbatas dan hanya ditemukan di Pulau Siau, Sulawesi Utara," kata Regional Vice President CI Indonesia, Jatna Supriatna. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007