Kinshasa (ANTARA) - Pemimpin pemberontak yang dituduh mendalangi perkosaan massal dan kekejaman-kekejaman lain telah ditangkap, kata tentara Republik Demoktarik Kongo, Kamis.

Masudi Alimasi Kokodiko, pimpinan kelompok milisi Raia Mutomboki --yang ditakuti, ditangkap pada Selasa (2/4) di wilayah Shabunda, selatan Kivu setelah terkena tembakan ringan, kata juru bicara terntara Dieudonne Kasereka.

Raira Mutomboki dibentuk pada 2015 untuk melawan milisi Hutu Rwanda, yang aktif di belahan timur Rwanda dan menjadi salah satu kelompok bersenjata terkuat dari puluhan kelompok lainnya di wilayah yang kaya akan minyak yang berbatasan dengan Rwanda, Udanda dan Burundi.

Suatu laporan oleh panel ahli Dewan Keamanan PBB tahun lalu menyebutkan bahwa pasukan Kokodiko telah melakukan perkosaan terhadap 17 perempuan di kota Lubila pada September tahun lalu. Panel tersebut juga menuding kelompok itu menggunakan anak-anak sebagai serdadu.

Pada 2012 penyelidikan yang dipimpin oleh PBB juga membuktikan Raia Mutomboki dan dua milisi lainnya bertanggungjawab atas kematian lebih dari 260 warga sipil dalam gelombang balas-membalas pembunuhan etnis di provinsi Kivu Utara.

Presiden baru Kongo, Felix Tshisekedi yang baru menduduki jabatannya pada Januari telah berjanji untuk menangani kekerasan oleh kelompok milisi yang bersarang di timur, tempat jutaan orang meninggal dalam perang 1998-2003.

Christoph Vogel, seorang peneliti yang pernah menyarankan PBB, mengatakan penangkapan Kokodiko "bertepatan dengan saat pemerintah baru mengumumkan mempunyai agenda untuk melucuti milisi, yang sekarang masih tetap terlihat sebagai perubahan besar."

Salah seorang panglima perang Kongo yang lain, Ntabi Ntaberi Sheka tahun lalu disidang untuk kasus perkosaan dan kekejaman. Kesaksian para korban di persidangan mulai didengar bulan lalu.

Sumber: Reuters

Baca juga: Rumah Presiden Kongo diserang pemberontak
Baca juga: Pasukan keamanan Kongo bunuh para pemberontak
Baca juga: PBB desak DR Kongo bergabung dalam operasi militer

Penerjemah: Maria Dian A
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019